Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA - Tingginya angka generasi Z (Gen Z), terutama mahasiswa dan pelajar, yang mengalami gangguan kesehatan mental harus mendapatkan perhatian dari para pendidik yang sepenuhnya dekat dengan yang bersangkutan. Penerapan trilogi pendidikan Ki Hajar Dewantara dinilai mampu membantu Gen Z terlepas dari kesepian.
Hal ini disampaikan Wakil Rektor IV Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Mohammad Ali Imron, pada Rabu (20/11/2024).
Menurut Ali, saat ini Gen Z terjebak dalam kesepian dan lebih kerap menatap layar gadget daripada bersosialisasi secara langsung.
“Tingkat paparan layar Gen Z di Indonesia tidak ideal. Dalam satu kali tatap bisa terpapar hingga 150 menit,” kata Ali sembari membandingkan di Jepang dan Singapura yang hanya mencapai 30 menit dalam satu kali tatap.
Dampaknya, lanjut Ali, saat ini Gen Z memiliki tingkat stres yang lebih tinggi karena tidak banyak melakukan kegiatan fisik yang menghasilkan ketahanan tubuh dan mental yang prima. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lima dari sembilan generasi muda mengalami gangguan kesehatan mental.
Dunia social, menurut Ali, juga memberi andil besar dalam konsep pertemanan di dunia nyata bagi Gen Z. Mereka dinilai lebih aktif berkomunikasi dan berkontribusi di dunia sosial, namun di dunia nyata lebih pendiam dan tidak berani mengungkapkan masalah yang dihadapi langsung.
"Media sosial itu membuat orang merasa sendiri. Teman dunia maya banyak tapi tidak real. Solusi permasalahan ini adalah mau membuka diri. Gen Z juga bisa berinteraksi dan bersosialisasi di dunia nyata,” ucapnya.
Ki Hadjar Dewantara
Tak hanya itu, kehadiran kelompok yang lebih luas dan teman yang bisa dijadikan tempat mencurahkan perasaan juga dinilai akan sangat membantu dalam pemulihan mental. Ali mendorong peran aktif para pengajar. Salah satunya dengan menerapkan pola pikir Ki Hadjar Dewantara, yakni Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani.
Dalam konteks kekinian, menurut Ali, pengajar memposisikan diri sebagai Ing Madya Mangun Karsa, yakni melakukan pendekatan sebagai teman pendengar dan bicara. Tak hanya memposisikan dirinya lebih tinggi sebagai guru.
"Sering dosen atau guru ini kan kita orangtua membawa value lama yang dianggap ideal. Padahal bagi anak sekarang ini sudah asing. Idealnya, dinamis dengan menerapkan ajaran Ki Hadjar Dewantara yang Ing Madya Mangun Karsa. Bukan di atas atau bawah tapi membersamai," ujarnya.
Rabu (20/11/2024), UNISA Yogyakarta mengadakan silaturahmi dengan awak media sebagai upaya memperkuat sinergi bertajuk ‘Media Gathering dan Awarding Wartawan 2024’. Kegiatan ini, menurut Rektor UNISA Yogyakarta, Warsiti, merupakan langkah strategi UNISA Yogyakarta untuk menjembatani dunia akademis dengan masyarakat luas.
“Kami ingin hasil-hasil penelitian dan berbagai aktivitas akademik di UNISA Yogyakarta dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Media memiliki peran yang sangat penting dalam menyebarkan informasi ini,” ujar Warsiti.
Warsiti berharap melalui kolaborasi yang erat dengan media, literasi masyarakat dapat ditingkatkan. Menurutnya, perguruan tinggi mempunyai tanggung jawab mengedukasi masyarakat dan salah satunya melalui media agar mereka dapat memperoleh informasi akurat dan relevan.