Sains
15 November, 2021 13:33 WIB
Penulis:Bunga NurSY
Editor:Bunga NurSY
Eduwara.com, BALIKPAPAN—Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan berpotensi menimbulkan masalah baru, yakni ancaman kembali merebaknya penyakit campak.
Dilansir dari Voice of America pada Minggu (14/11/ 2021), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 22 juta bayi melewatkan vaksin campak pertama mereka pada 2020.
Direktur Departemen Imunisasi, Vaksin, dan Biologi WHO Kate O’Brien mengatakan angka 22 juta itu merupakan yang terbesar dalam dua dekade terakhir dan berisiko mendatangkan wabah.
Di sisi lain, laporan jumlah penderita campak menurun hingga 80% pada 2020, namun WHO mengatakan angka itu menyesatkan karena perhatian dan pengawasan terhadap perkembangan campak menurun seiring dengan merebaknya pandemi Covid-19.
“Bukti menunjukkan, saat ini kita mungkin berada dalam kondisi 'tenang sebelum badai' karena risiko wabah terus meningkat di seluruh dunia,” kata O’Brien.
Menurutnya, sangat penting bagi negara-negara untuk melakukan vaksinasi Covid-19 secepat mungkin, tetapi hal ini membutuhkan sumber daya baru sehingga tidak mengorbankan program imunisasi penting. “Imunisasi rutin harus dilindungi dan diperkuat. Jika tidak, kita berisiko menukar satu penyakit mematikan dengan yang lain,” katanya.
Sementara itu, Kevin Cain, Direktur Imunisasi Global Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), mengatakan semua pihak harus segera bertindak untuk memperkuat sistem pengawasan penyakit dan menutup kesenjangan kekebalan, sebelum mobilitas dan perdagangan kembali ke tingkat sebelum pandemi Covid-19.
“Hal itu untuk mencegah wabah campak yang mematikan dan mengurangi risiko penyakit lain yang dapat dicegah dengan vaksin,” katanya.
Campak adalah salah satu virus manusia yang paling menular di dunia meskipun hampir seluruhnya dapat dicegah melalui vaksinasi.
WHO menyatakan ada wabah besar campak di 26 negara, mewakili 84% dari semua kasus yang dilaporkan pada 2020.
Bagikan
Sains
setahun yang lalu