EduBocil
19 Juni, 2023 20:48 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JOGJA – Ingin memberi kesan mendalam kepada anak didiknya, sekolah anak-anak usia dini (pre-school) The Liliput World menghadirkan konsep wisuda yang berbeda dari lainnya. Anak-anak akan diberi pohon yang memiliki filosofi tersendiri dalam wisuda pertama di sekolah yang dihadirkan Yayasan Taman Cipta Karya Nusantara (TKCN).
Kepala Sekolah The Lilliput World sekaligus Ketua TCKN, Crista Trirahayu, mengatakan wisuda ini digelar di Hotel Hyatt pada Sabtu (17/6/2023).
"Momen wisuda ini akan menjadi momen berharga untuk anak-anak karena mereka akan merayakan kebersamaannya selama ini," katanya.
Bahkan, untuk event wisuda ini, orang tua juga terlibat. Sedangkan pihak The Lilliput World hanya sebagai konseptor utama.
Hal ini merupakan sesuatu yang baru bagi pendidikan anak-anak, terutama di Indonesia. Meski tak mudah, tetapi hal ini memberikan efek yang cukup baik untuk pendidikan anak-anak sekaligus sebagai pendorong terbentuknya komunitas yang harmonis di sekolah.
Selain itu, setiap satu bulan sekali para orang tua juga akan berkumpul. Mereka akan berdiskusi, melakukan brainstorming, maupun mengikuti sesi parenting dengan menghadirkan spesialis.
Kultur Indonesia
Hadir sejak 1,5 tahun lalu, The Lilliput World membuka kelas menjadi dua level, yakni untuk anak usia 1-3 tahun dan 3-6 tahun. Terdapat enam guru yang mengajar serta guru-guru lain, seperti guru musik, sport, hingga art.
"Kami menerapkan metode pembelajaran, yaitu metode Montessori, Taman Siswa, dan Living Values Education. Dari ketiga metode tersebut diharapkan pendidikan anak-anak bisa seimbang dengan menerapkan pembelajaran natural, sesuai dengan kultur yang ada di Indonesia, serta tetap mengikuti perkembangan edukasi modern," jelas Crista.
Salah satu implementasi sistem pendidikannya adalah mengajak anak untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan praktikal, seperti kampanye sekolah untuk waste management atau pengelolaan sampah. Anak-anak diajarkan untuk mengolah sampah makanan atau minuman yang dibawa ke sekolah agar tidak menjadi sampah.
Setelah anak teredukasi dan terbiasa, selanjutnya pihak sekolah melibatkan orangtua untuk mendukung aplikasinya di rumah dan menjadikannya kebiasaan bersama. Kemudian, baru diajarkan ke lingkungan sekitar melalui program-program kolaborasi dengan Karang Taruna dan Ibu-ibu PKK setempat.
The Lilliput World merupakan kegiatan pertama TCKN yang bergerak di bidang pendidikan anak-anak usia dini (pre-school) dan konsen di bidang sosial. Sebanyak 20 persen dari total anak-anak merupakan anak dari kampung yang di-support sepenuhnya oleh yayasan.
Terlebih saat ini The Liliput World mendapat dukungan dari para akademisi seperti Slamet PH (UNY), Kun Setyaning Astuti (UNY), Titik Muti'ah (Dekan Psikologi UST), Bambang Sujatno (AMPTA), dan Christopher Drake, President Association for Living Values Education International sekaligus Co-founder Asia-Pacific Network for Moral Education.
Metode pembelajaran di sekolah yang memiliki slogan 'Learn, Understand, and Grow' ini juga melibatkan orang tua secara langsung. Orang tua yang mengirimkan anak ke sekolah juga dianggap siap untuk belajar dan bertumbuh bersama-sama.
"Kami berharap bisa menjadi bagian dalam berkontribusi untuk perubahan serta perkembangan edukasi di Indonesia sekarang untuk generasi yang lebih baik," tutupnya.
Bagikan