logo

Kampus

Di Ajang PKM-RSH 2023, Mahasiswa IIK Bhakti Wiyata Teliti Kekerasan Rumah Tangga yang Dialami Laki-laki

Di Ajang PKM-RSH 2023, Mahasiswa IIK Bhakti Wiyata Teliti Kekerasan Rumah Tangga yang Dialami Laki-laki
Tiga mahasiswa Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Bhakti Wiyata, yaitu Rafi Hadi Winata, Hendra Adi Prasetiyo dan Nyoman Aryaguna Pramana Kamajaya membawa penelitian tentang kekerasan rumah tangga yang dialami para lelaki di Jawa Timur dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Sosial Humaniora (PKM-RSH) 2023. Penelitian tersebut berjudul 'Memahami Man Box Perspektif Hubungan Stereotip Gender dan Kekerasan'. (EDUWARA/Dok. IIK Bhakti Wiyata)
Setyono, Kampus01 September, 2023 20:47 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Tiga mahasiswa Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Bhakti Wiyata Kediri membawa penelitian tentang kekerasan rumah tangga yang dialami para lelaki di Jawa Timur dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Sosial Humaniora (PKM-RSH) 2023.

Tiga mahasiswa IIK Bhakti Wiyata ini berasal dari Program Studi (Prodi) S1 Keperawatan, yaitu Rafi Hadi Winata dan Hendra Adi Prasetiyo. Keduanya kemudian mengajak kolaborasi Nyoman Aryaguna Pramana Kamajaya dari Prodi S1 Administrasi Rumah Sakit.

Dalam rilis Jumat (1/9/2023), Rafi Hadi menjelaskan penelitian yang tengah mereka kerjakan berjudul 'Memahami Man Box Perspektif Hubungan Stereotip Gender dan Kekerasan'.

"Penelitian ini menyasar masyarakat Jawa timur yang sudah berumah tangga," jelasnya.

Menurut Rafi, penelitian didasarkan pada laporan kasus  kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Indonesia yang hingga Oktober 2022 mencapai 18.261 kasus. Ada sebanyak 79,5 persen kasus kekerasan pada perempuan dan 20,4 persen korban laki–laki

Menurut perspektif stereotip gender tentang kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan terhadap perempuan merupakan perpanjangan dari dominasi patriarki. Sedangkan kekerasan dan perilaku agresif sering diterima dari laki-laki karena sesuai dengan budaya maskulinitas.

"Ternyata laki-laki juga bisa menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Namun di Indonesia belum ada informasi data kekerasan rumah tangga yang dilakukan oleh perempuan," lanjut Rafi.

Hendra Adi Prasetiyo menambahkan hingga sekarang belum ada penelitian yang mengeksplorasi tentang pemahaman perspektif stereotipe gender dalam sistem patriarki di Indonesia pada era modernisasi.

"Berdasarkan perspektif Man Box, salah satu alasan penerimaan budaya atas penggunaan kekerasan untuk mengontrol orang lain, untuk terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, baik kekerasan laki-laki kepada perempuan ataupun sebaliknya perempuan terhadap laki-laki karena perubahan determinasi budaya modernisasi," paparnya.

Man Box dalam stereotip gender yang menanamkan praktik ketidaksetaraan antar jenis kelamin, mengubah bagaimana kekerasan dalam rumah tangga dianggap memperhitungkan tekanan sosial yang dipaksakan pada laki-laki untuk menjadi pria sejati dan membuat perilaku kekerasan atau menerima kekerasan yang dilakukan oleh wanita.

Read Next