logo

Sekolah Kita

Jadi Penjaga Nilai Kemanusiaan, Guru Dituntut Kuasai Teknologi

Jadi Penjaga Nilai Kemanusiaan, Guru Dituntut Kuasai Teknologi
UNU Yogyakarta meluncurkan Program Beasiswa Anak Guru, berupa potongan Uang Kuliah Tunggal (UKT) bagi putra-putri kandung guru atau pensiunan guru yang berkuliah di UNU Yogyakarta. Program beasiswa ini diluncurkan pada saat Seminar Nasional ‘Hari Guru 2025: Guru dan Pelajar Kreatif Menguasai Konten Digital’, yang diselenggarakan di Kampus UNU Yogyakarta, Jumat (21/11/2025). (EDUWARA/Dok. UNU Yogyakarta)
Setyono, Sekolah Kita24 November, 2025 23:15 WIB

Eduwara.com, JOGJA - Menjelang Hari Guru Nasional yang jatuh pada 25 November, peran guru di era digital semakin krusial. Guru tidak hanya dituntut untuk menguasai teknologi, tetapi juga berfungsi sebagai penjaga nilai kemanusiaan. Mereka harus mampu memelihara tradisi kebijaksanaan lokal dan adab, serta menjaga relevansi diri di tengah gempuran arus digitalisasi.

Refleksi mendalam mengenai kondisi guru ini disampaikan oleh Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Jogja, Mustaghfiroh Rahayu, dalam seminar nasional bertajuk ‘Hari Guru 2025: Guru dan Pelajar Kreatif Menguasai Konten Digital’, yang diselenggarakan pada Jumat (21/11/2025).

"Saat ini guru dituntut menjadi pengajar, pembimbing, penggerak, dan sekaligus penjaga nilai di saat yang sama di era digital. Karenanya guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat," kata Rahayu, dalam rilis yang diterima Sabtu (22/11/2025).

Menurut Rahayu, dukungan melalui pelatihan berkelanjutan, komunitas belajar yang aktif, serta dukungan institusional yang nyata akan memastikan guru tidak berjuang sendirian. Hal ini menumbuhkan pemahaman bahwa teknologi adalah sahabat, bukan beban; alat bantu, bukan pusat dari segalanya.

Ia menekankan tantangan pendidikan di era digital lebih besar daripada sekadar ketersediaan koneksi internet dan perangkat. Setiap pendidik wajib memastikan digitalisasi tidak mengikis jati diri pendidikan itu sendiri.

"Kita sedang memasuki masa ketika informasi begitu berlimpah, tetapi kebijaksanaan semakin langka. Ketika teknologi dapat mempercepat pembelajaran, tetapi sekaligus memperlebar jurang mereka yang memiliki dan yang tidak memiliki akses. Ketika kecerdasan buatan mampu membantu, tetapi tidak pernah bisa menggantikan sentuhan kemanusiaan dalam mendidik," papar Ayu, sapaan akrabnya.

Oleh karena itu, solusinya harus bersifat menyeluruh. Penguatan literasi digital diperlukan, tidak hanya kemampuan teknis, tetapi juga kemampuan memilah makna, menjaga etika, dan membangun karakter.

Pemerataan Akses

Pemerintah dan pemangku kepentingan juga didorong untuk menjamin pemerataan akses pendidikan, agar tidak ada anak bangsa yang tertinggal karena keterbatasan wilayah atau keadaan. Kurikulum pun harus dirumuskan untuk tidak hanya mempersiapkan siswa menghadapi dunia digital, tetapi juga menjadi manusia yang utuh di dalamnya.

"Teknologi akan berubah, tetapi misi pendidikan tetap sama: membentuk manusia yang beradab, berilmu, dan berakhlak," tegasnya.

Nilai kebijaksanaan dan kemanusiaan inilah yang harus tetap dijaga sebagai napas dari seluruh proses pendidikan, dengan akhlak sebagai pondasi penting.

Pelaksana Harian Rektor UNU Jogja, Suhadi Cholil, menyebut seminar yang merupakan kolaborasi dengan GuruInovatif.id sebagai momen penting untuk merefleksikan dan mengapresiasi peran guru sebagai ujung tombak pendidikan.

"Layar digital masih ditemukan konten-konten yang belum memberi muatan pendidikan. Dengan acara ini, kita memaksimalkan layar digital untuk pendidikan, sehingga kita tidak sekadar menjadi konsumen digital, tapi kreator pendidikan yang inspiratif," ujarnya.

Sebagai bentuk dukungan nyata, UNU Jogja meluncurkan Program Beasiswa Anak Guru, berupa potongan Uang Kuliah Tunggal (UKT) bagi putra-putri kandung guru atau pensiunan guru yang berkuliah di sana.

Kepala Bidang Pembinaan SMA Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY, Tukiman, turut mengingatkan bahwa pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman, namun tetap dibarengi sikap hati-hati dalam memilah konten digital.

"Kita berharap generasi muda mampu memilah dan memilih supaya konten digital dapat bermanfaat. Ambil yang positif, yang negatif difilter, sehingga digitalisasi mampu menguatkan pendidikan Indonesia," tutupnya.

Read Next