Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi tuan rumah konferensi Southeast Asian Urbanism Studies (SEAUS) 2.0 bertema ‘Cultures in Transition: Urbanism and Landscapes in Southeast Asia’.
Berlangsung empat hari, Rabu-Sabtu (11-14/6/2025), konferensi ini diikuti puluhan mahasiswa dari berbagai negara yang tengah mengembangkan disertasi terkait urbanisme dan lanskap di Asia Tenggara.
Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta (FT UAJY), terpilih sebagai penyelenggara konferensi yang kedua, setelah sebelumnya dilaksanakan di Ho Chi Minh City University of Architecture, Vietnam.
Wakil Ketua Panitia SEAUS 2.0, Andi Prasetiyo Wibowo, menerangkan misi utama dari konferensi ini adalah menghasilkan publikasi ilmiah. Beberapa makalah hasil penelitian akan dipublikasikan dalam bentuk prosiding.
“Mungkin yang kualitasnya cukup baik kita akan publish dalam jurnal-jurnal yang sudah bereputasi,” jelas Andi pada Rabu (11/6/2024) di lokasi penyelenggara acara, Ballroom Sahid Raya Hotel & Convention Yogyakarta.
Selama empat hari, sesi diskusi akan terbagi dua agenda penting. Pada hari pertama dan kedua, dilaksanakan sesi diskusi yang mempertemukan peserta dari berbagai disiplin seperti arsitektur, perencanaan kota, antropologi, dan tata ruang.
Tur Budaya
Sesi selanjutnya berupa konferensi panel, yang mengangkat sub-tema ‘Decolonizing Urban Landscapes’ dan ‘Participatory Urbanism’, menandai komitmen kuat terhadap dialog kritis dan kolaboratif lintas budaya.
“Dua hari pertama diisi dengan sesi seminar utama, diikuti oleh doctoral workshop pada Jumat (13/6/2025). Penutupan pada Sabtu (14/6/2025) akan diisi dengan cultural tour,” jelas Andi.
Dalam tur budaya seluruh peserta akan diajak menelusuri tiga kampung urban di Yogyakarta, yaitu Kampung Code, Kampung Kauman, dan Kotagede. Tur ini memberikan pengalaman langsung terhadap model transformasi budaya dan lanskap perkotaan.
Tak hanya diikuti peserta dari kawasan ASEAN seperti Singapura, Vietnam, Filipina, beberapa peserta juga berasal dari Eropa sebagai mitra internasional dari KU Leuven, Belgia.
Pakar arsitek Indonesia dan internasional, seperti Sofian Sibarani dan Grace Ramos, turut menjadi pembicara dengan membahas isu-isu keberlanjutan, pelestarian, dan interaksi manusia-non manusia dalam konteks perkotaan.
“SEAUS 2.0 membuka terbukanya peluang kemitraan dengan luar negeri. Kehadiran langsung ke lapangan menunjukkan Indonesia memiliki potensi dan hal-hal menarik yang layak untuk dijelajahi, baik dalam bentuk kerja sama riset maupun pertukaran akademis,” tutup Andi.