logo

Sekolah Kita

Persaingan Makin Keras, Metode Pembelajaran Harus Fokus ke Hasil

Persaingan Makin Keras, Metode Pembelajaran Harus Fokus ke Hasil
Bantul School Expo 2024, yang diikuti 102 sekolah mulai TK-SD-SMP, digelar di Parkir Timur Stadion Sultan Agung Bantul, Kamis-Selasa (2-7/4/2024) untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional 2024. Saat meninjau stand peserta pameran, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan sudah saatnya metode pembelajaran diubah, bukan lagi mengutamakan proses namun fokus pada hasil. (EDUWARA/K. Setyono)
Setyono, Sekolah Kita02 Mei, 2024 21:55 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Bupati Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Abdul Halim Muslih menyoroti metode pembelajaran dunia pendidikan yang masih fokus pada proses, bukan hasil. Padahal saat ini persaingan baik di tingkat nasional, regional, maupun internasional sangatlah kejam.

Pernyataan ini disampaikan Abdul Halim Muslih saat peringatan Hari Pendidikan Nasional di Stadion Sultan Agung sekaligus membuka Bantul School Expo 2024 yang diikuti 102 sekolah mulai TK-SD-SMP.

“Capaian kinerja pendidikan yang disampaikan tadi sangat membanggakan. Namun sebagai refleksi, capaian itu tidak boleh dipandang sebagai titik akhir. Harus ada capaian lain yang lebih tinggi,” kata Abdul Halin Muslih, Kamis (2/5/2025).

Sebagai orang tua yang menurutnya mendapatkan pendidikan dengan kurikulum yang salah, rasa takut, kuatir dengan masa depan pendidikan anak terus muncul, terlebih lagi dengan sengitnya persaingan sekarang ini.

Kompetisi dalam dunia kerja saat ini, baik di tingkat nasional, regional maupun internasional antar bangsa dan negara semakin sengit. Kondisi inilah yang memicu kekuatiran orang tua, bagaimana nanti masa depan anak-anak mereka di tengah persaingan ketat tersebut.

“Dalam bahasa Jawanya, persaingan saat ini tegel-tegelan. Bahkan ada strategi dari pesaing dengan melemahkan kompetitor,” terangnya Halim.

Daya Saing 

Belajar dari metode pembelajaran dan kurikulum yang diterima dirinya maupun banyak orang tua yang salah, Halim mencontohkan, dengan masa pendidikan enam tahun di SMP dan SMA, kurikulum masa lalu tidak mampu menjadikan siswa terampil berbahasa Inggris dengan baik.

Karenanya, sebagai media utama perubahan peradaban manusia, pendidikan penting dalam mengubah anak memiliki daya saing untuk memenangkan persaingan.

“Metode pembelajaran para guru di Bantul harus diubah. Tentu ini bukan barang yang gampang namun wajib dilakukan. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga harus mencari cara bagaimana memperbaiki metode belajar guru,” tegasnya.

Dengan melibatkan dan mengajak pakar pendidikan, Disdikpora Bantul harus mampu menjawab bagaimana kurikulum yang diterapkan mampu mentransfer ilmu kepada anak-anak dengan baik. Bagi Halim, pendidikan saat ini yang baik adalah berfokus pada hasil, bukan lagi pada proses.

“Daripada proses panjang yang tidak menghasilkan, lebih baik dibalik paradigmanya yang penting hasilnya. Jangan sampai mereka menjadi korban kurikulum yang kurang efektif seperti yang dulu kita dapatkan. Kemampuan mereka harus lebih hebat dari kita,” paparnya.

Kepala Disdikpora Bantul, Nugroho Eko Setyanto, melaporkan sebagai indikator kinerja utama pihaknya telah berhasil meningkatkan angka harapan lama sekolah.

“Dari target 15,25 terealisasinya 15,67. Artinya, rata-rata anak di Bantul memiliki harapan lama sekolah sampai Diploma 3. Kemudian tingkat partisipasi warga negara usia telah mencapai 100 persen pada semua jenjang,” terangnya.

Peringatan Hari Pendidikan Nasional di Bantul diisi dengan expo hasil karya siswa yang berasal dari 34 TK, SD, SMP dan berlangsung Kamis-Selasa (2-7/4/2024), di Parkir Timur Stadion Sultan Agung Bantul.

Read Next