logo

Vokasi

Politeknik AI BMD Disiapkan Cetak Talenta Digital Bersertifikasi

Politeknik AI BMD Disiapkan Cetak Talenta Digital Bersertifikasi
Direktur Pliteknik AI Budi Mulia Dua, Ridho Rahmadi
Setyono, Vokasi02 Juni, 2025 08:46 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Pada 2030 atau lima tahun ke depan, Indonesia akan membutuhkan 9 juta talenta digital yang berfokus pada kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Politeknik AI Budi Mulia Dua (PLAI BMD) disiapkan mencetak talenta-talenta digital tersertifikasi.

Direktur PLAI BMD, Ridho Rahmadi, mengatakan kenyataan pada lima tahun ke depan ini menjadi landasan perguruan tinggi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas para talenta dan profesional di bidang AI, khususnya yang menguasai keamanan siber.

“Keamanan siber menghadirkan risiko yang membuat kerugian perusahaan akan jauh lebih besar,” kata Ridho Rahmadi pada Sabtu (31/5/2025).

Indonesia pada 2030 diperkirakan membutuhkan 9 juta talenta digital AI dengan kepakaran lebih spesifik di dalam spektrum digitalisasi, seperti untuk menjaga keamanan siber. Penguatan keamanan dunia siber memerlukan talenta-talenta digital yang dibekali keterampilan teknis dan telah belajar langsung tentang cyber security dari dunia industri.

Ridlo mendapatkan gelar doktor di bidang datascience and machine learning Universitas Radboud Belanda dan gelar master di bidang AI dari dua kampus Eropa, yakni Universitas Johannes Kepler Linz dan Universitas Teknik Ceko.

Kualifikasi mengenai keterampilan teknis dan telah belajar langsung tentang cyber security diterapkan di PLAI BMD yang berdiri pada April 2025 dan berbasis di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). PLAI BMD sebagai kampus AI pertama di Indonesia.

"PLAI BMD menawarkan tiga program studi unggulan, salah satunya adalah Rekayasa Keamanan Siber yang diperkuat pengajar profesional dan praktisi andal,” tuturnya.

Dengan kurikulum yang terdiri dari 70 persen praktik dan 30 persen teori, serta bekerja sama dengan 13 mitra industry, mahasiswa yang lulus siap menghadapi ancaman dunia siber sesungguhnya.

Revolusi Keamanan Siber

Ketua Umum Asosiasi Digital Kreatif (ADITIF), Saga Iqranegara, mengatakan mayoritas perusahaan swasta di Indonesia tidak memiliki tim keamanan siber, sehingga mereka rentan serangan siber. Kehadiran talenta digital tersertifikasi dalam lima tahun ke depan akan sangat dibutuhkan.

Kenyataan ini disampaikan Saga dengan menukil laporan riset Cybersecurity Readiness Index oleh Cisco, sebuah perusahaan teknologi global, pada Mei ini. Dilaporkan, hanya 11 persen perusahaan swasta di Indonesia yang memiliki tim keamanan siber.

“Sisanya, 89 persen rentan mengalami serangan siber yang mengancam keamanan basis data dan aktivitas digital organisasi,” jelas Saga Iqranegara, Sabtu (31/5/2025).

Menurut Saga, dengan pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) juga merevolusi keamanan siber dan menaikkan tingkat ancaman. Sembilan dari sepuluh atau kisaran 91 persen mengalami insiden keamanan yang berhubungan dengan AI pada tahun lalu.

Riset ini juga memaparkan 61 persen organisasi yang menghadapi serangan siber justru dihambat oleh framework keamanan yang kompleks dengan solusi sistem yang tidak terintegrasi (disparate pointsolution).

Read Next