logo

Kampus

Prodi Tata Boga UNY Latih Warga Madugondo Olah Pisang, Hebat Inilah Hasilnya

Prodi Tata Boga UNY Latih Warga Madugondo Olah Pisang, Hebat Inilah Hasilnya
Dr. Fitri Rahmawati M.Pd (kiri) memberikan arahan kepada warga dalam pelatihan mengolah pisang lempeneng menjadi produk makanan bernilai ekonomis tinggi di Balaidesa Madugondo, Kecamatan Kajoran, Magelang, Jateng.
Riyanta, Kampus05 Oktober, 2023 21:39 WIB

Eduwara.com, JOGJA - Dosen dan mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Boga, Fakultas Teknik, UNY, memberikan pelatihan kepada warga Desa Madugondo, Kecamatan Kajoran, Magelang, Jateng, mengolah pisang lempeneng menjadi tepung dan sejumlah produk kuliner yang bernilai tinggi.

Kegiatan pemberdayaan kepada masyarakat (PkM) oleh Prodi Tata Boga UNY itu digelar selama dua hari, Sabtu (30/9/2023)-Minggu (1/10/2023) di Balaidesa Madugondo. Dalam pelatihan itu diajarkan cara mengolah pisang lempeneng menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi dan kekinian, seperti tepung pisang sebagai bahan pangan setengah jadi, ceriping pisang madu, ceriping pisang cokelat, dan cookies tepung pisang.

Ketua Tim PkM Prodi Tata Boga UNY, Dr. Fitri Rahmawati M.Pd, kepada Eduwara.com, Rabu (4/10/2023), mengatakan sebanyak 30 orang perwakilan warga Desa Madugondo mengikuti kegiatan dengan antusias dan semangat. Sedangkan tim dari UNY terdiri dari tiga dosen dan lima mahasiswa. Ketiga dosen tersebut Fitri Rahmawati, Prof Dr. Dra. Kokom Komariah MPd, dan Dr. Khusni Syauqi SPd, MPd.

“Kegiatan pelatihan ini dilakukan oleh tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM ) yang terdiri dari dosen dan mahasiswa UNY bekerja sama dengan BUMDes Wates Desa Madugondo. Dengan kegiatan seperti ini mahasiswa bisa belajar banyak. Mereka bisa mendapatkan pengalaman berinteraksi langsung dengan masyarakat. Mahasiswa juga mendapatkan pengalaman yang tidak dipelajari di kampus,” tutur Fitri.

Cokies berberbahan tepung pisang produksi warga Madugondo yang telah mendapat pelatihan dari Tim PkM Prodi Tata Boga dan Busana, Fakultas Teknik, UNY. 

Diungkapkannya, BumDes Wates Desa Madugondo sebagai mitra dalam program PkM Pengembangan Wilayah  telah memiliki grand design pengembangan untuk beberapa tahun ke depan.  Desa itu akan membuat rest area yang ada di pinggir jalan di area tanah Desa Madugondo yang strategis di sepanjang jalan menuju Nepal Van Java dan obyek wisata lain yang ada di sekitarnya.  

Rest Area

Produk-produk pengembangan olahan pisang yang dilatihkan oleh dosen dan mahasiswa UNY ini cocok dan sesuai sebagai cindera rasa atau oleh-oleh yang menunjang rest area yang akan dibuat. Dalam kegiatan PkM ini tim pengabdi juga memberikan bantuan peralatan berupa mesin penepung yang diberikan melalui BumDes untuk membantu produksi tepung pisang yang sudah dilatihkan.

Fitri mengatakan, pengembangan pangan lokal tidak hanya menuntut pengembangan produksi di tingkat petani, tetapi juga inovasi produk setelah panen sehingga bisa bersaing dengan pangan olahan. Untuk itu, UNY memberikan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat guna meningkatkan nilai lebih buah pisang sebagai pangan lokal.  Pelatihan diberikan kepada warga Desa Madugondo Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, karena sebagai salah satu desa penghasil pisang di Kabupaten Magelang. 

Sejumlah peserta pelatihan praktik mengolah pisang lempeneng untuk dijadikan makanan dan tepung pisang di Balaidesa Madugondo, Kecamatan Kajoran, Magelang, Jateng.

“Berdasarkan hasil evaluasi keberhasilan kegiatan yang dilihat dari kehadiran dan partisipasi warga selama pelatihan, terlihat 100% warga sasaran kegiatan hadir dan aktif selama dua kali pertemuan. Peserta terlihat antusias selama kegiatan pelatihan baik dalam mengerjakan maupun keingintahuan. Mereka aktif bertanya kepada kami. Dengan demikian maka keberhasilan pelaksanaan kegiatan termasuk dalam kategori tinggi,” ujar Fitri.

Selain itu, kata Fitri, warga yang menjadi peserta pelatihan menilai kegiatan itu sangat bermanfaat dan memberikan keuntungan bagi pengembangan usaha warga. “Selain untuk meningkatkan nilai jual pisang dengan cara mengolahnya dalam bentuk tepung dan makanan kekinian , kami juga mengenalkan teknologi seperti mesin slicer pisang, sealer pengemas, dan mesin penepung pisang. Pisang yang tidak lolos sortir karena mutu pisang yang kurang bagus untuk dijual sebagai buah bisa dijadikan tepung.”

“Tim pelatih juga menuntun warga untuk sertifikasi PIRT dan melatih pemasaran produk melalui kemitraan dengan industri,” pungkas Fitri. 

Editor: Riyanta

Read Next