logo

Kampus

Al-Qur'an Isyarat, Upaya UIN Sunan Kalijaga Tingkatkan Literasi Keagamaan Komunitas Tuli

Al-Qur'an Isyarat, Upaya UIN Sunan Kalijaga Tingkatkan Literasi Keagamaan Komunitas Tuli
Guru-guru SLB dan beberapa mahasiswa tunarungu UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sedang mengikuti program Pengimbasan Training of Trainer (ToT) Pengajaran Al-Qur’an Isyarat 2025 selama dua hari, Rabu-Kamis (26-27/11/2025) di Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Program pengimbasan ini diselenggarakan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, melalui PLD LP2M, bekerja sama dengan Baznas RI. (EDUWARA/Dok. UIN Sunan Kalijaga)
Setyono, Kampus27 November, 2025 00:11 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, melalui Pusat Layanan Difabel (PLD) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), terus memperluas inisiatif untuk meningkatkan literasi keagamaan bagi komunitas tuli.

Upaya terkini diwujudkan melalui program Pengimbasan Training of Trainer (ToT) Pengajaran Al-Qur’an Isyarat 2025, yang diselenggarakan bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI selama dua hari, Rabu-Kamis (26-27/11/2025).

Koordinator PLD UIN Sunan Kalijaga, Asep Jahidin, menjelaskan bahwa program ini bertujuan lebih dari sekadar mempersiapkan guru dan mahasiswa tuli agar mampu membaca Al-Qur’an. Menurutnya, inisiatif ini merupakan langkah konkret untuk mengubah cara pandang masyarakat mengenai kesenjangan akses pendidikan agama bagi difabel.

“Literasi keagamaan difabel di Indonesia lebih banyak terfokus pada layanan untuk penyandang netra, yang telah memiliki tradisi panjang dalam penggunaan huruf braille. Namun bagi penyandang tuli, kesenjangan akses masih sangat lebar,” katanya, Rabu (26/11/2025).

Asep menambahkan bahwa keterbatasan mendengar bacaan dan akses terhadap teks Arab menjadi hambatan signifikan bagi mereka, padahal kebutuhan spiritualnya sama besarnya.

Pelatihan ini diikuti 32 peserta, yang sebagian besar terdiri dari guru SLB dan beberapa mahasiswa tunarungu UIN Sunan Kalijaga. Program pengimbasan ini dirancang untuk memastikan metode pembelajaran Al-Qur’an Isyarat dapat tersebar lebih luas melalui para peserta sebagai agen pendidik di institusi masing-masing.

Dukungan Sistematis

Ketua pelaksana kegiatan, Muhammad Satrio Mufid Mafendi, mengidentifikasi adanya antusiasme sekaligus kecanggungan di kalangan guru SLB yang baru mengenal konsep Al-Qur’an Isyarat dalam beberapa tahun terakhir.

“Fasilitas bagi tuli masih sangat sedikit dibandingkan dengan braille untuk difabel netra yang sudah mapan. Fokus utama saat ini adalah perkenalan dasar agar guru-guru merasa percaya diri untuk mengajarkannya,” katanya.

Mufid juga menekankan pentingnya dukungan sistematis dari berbagai pihak untuk menutup kesenjangan akses tersebut.

Perwakilan Divisi Pendidikan dan Dakwah Baznas RI, Izzatul Wafa, menuturkan bahwa kegiatan ini adalah tindak lanjut dari ToT tahun 2024, diperkuat dengan skema pengimbasan khusus. Program ini merupakan bagian dari ‘syiar dakwah inklusif’ dan wujud nyata pemanfaatan dana zakat untuk meningkatkan kualitas kehidupan spiritual para mustahik.

Sejak Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat (LPMQ) menerbitkan pedoman membaca Al-Qur’an Isyarat pada 2022, Baznas telah membantu mensosialisasikannya di 30 titik di Indonesia, dengan UIN Sunan Kalijaga sebagai pusat kegiatan di wilayah Yogyakarta.

Peserta pelatihan diperkenalkan pada dua pendekatan utama. Pertama, Metode Kitabah, yang mengisyaratkan Al-Qur’an berdasarkan bentuk teks, termasuk huruf hijaiyah, harakat, dan tanda baca, menekankan ketelitian visual. Kedua, Metode Tilawah, yang menerjemahkan kaidah tajwid, panjang-pendek bacaan, dan dinamika lantunan ayat ke dalam gerakan tangan yang terstruktur.

Read Next