Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nizam meminta pengelola Perguruan Tinggi Negeri berstatus Badan Hukum (PTN-BH) meningkatkan kolaborasi dalam menaikkan jumlah jurnal terpublikasi tingkat dunia.
"Saat ini terjadi tren penurunan jumlah publikasi dunia karena pandemi, termasuk Indonesia. Tetapi publikasi kita justru menurun signifikan meski tahun lalu mencapai 50 ribu publikasi dalam setahun," kata Nizam dalam rilis yang dilansir Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Senin (14/11/2022).
Hal ini dipaparkan Nizam saat menjadi pembicara kunci di Majelis Senat Akademik Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (MSA PTN-BH) bertajuk Rekognisi Internasional Perguruan Tinggi Indonesia melalui Peningkatan Ranking QS, Sabtu (12/11/2022), di UGM.
Minimnya jumlah publikasi internasional maupun sitasi, menurut Nizam, karena minimnya kolaborasi publikasi antar perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar negeri.
Dirinya meminta antar sesama perguruan tinggi negeri maupun swasta perlu membangun kolaborasi untuk riset dan publikasi. Hal ini perlu segera dilakukan agar penerbitan jurnal dipublikasi dunia perguruan tinggi Indonesia tidak terendah di tingkat ASEAN.
"Jika dibandingkan publikasi Saudi Arabia, kita jauh tertinggal. Mereka meningkat signifikan karena banyak melakukan kolaborasi riset internasional dan banyak menerima ahli dari luar negeri," jelasnya.
Sedangkan perguruan tinggi Indonesia berada di posisi paling bawah dalam hal kolaborasi dan publikasi sehingga perlu dilakukan peningkatan kualitas publikasi dengan meningkatkan jumlah jurnal internasional.
"Jumlah jurnal dari lebih 4.500 perguruan tinggi sekitar 16 ribu jurnal, namun dari semua itu hanya 118 jurnal saja yang terindeks scopus. Paling tidak 500 jurnal masuk dalam scopus," imbuhnya.
Karenanya, kepada 21 perguruan tinggi yang sudah berstatus PTN-BH, Nizam mendorong bertambahnya jumlah jurnal berstandar internasional serta top jurnal berbahasa Inggris.
"Ini sebagai kunci kita membawa publikasi ke panggung dunia," katanya.
Kepala Kantor Jaminan Mutu UGM Indra Wijaya Kusuma, mengatakan pengelolaan reputasi akademik di sebuah perguruan tinggi menjadi salah satu indikator penilaian dari lembaga pemeringkatan internasional.
"Perankingan bukanlah tujuan tapi kualitas kita terlihat dalam perankingan itu," jelasnya.
Ia menceritakan, UGM sejak 2009 tidak melayani permintaan data dari lembaga QS sehingga peringkat UGM melorot setiap ada hasil pemeringkatan yang dirilis oleh lembaga ini.
Namun, pada 2015 pemerintah melalui Kemendikbudristek meminta UGM bersama 11 universitas lain untuk menjadi perguruan tinggi berkelas dunia dengan menargetkan masuk daftar ranking 500 besar dunia versi QS WUR.
"Sejak 2009 kami tidak melayani data dari mereka sehingga ranking kita terus menurun sampai posisi 555," katanya.
Melalui program World Class University (WCU) dari Kemendikbudristek selama tujuh tahun terakhir, peringkat UGM bisa naik ke 231 dunia dalam versi QS World University Ranking pada tahun 2022. Di Indonesia, UGM menduduki peringkat pertama lalu disusul ITB dan UI.