logo

Kampus

Hadapi AI, Perguruan Tinggi Diminta Membuat Mata Kuliah Penyeimbang

Hadapi AI, Perguruan Tinggi Diminta Membuat Mata Kuliah Penyeimbang
Wakil Menteri Keuangan, Anggito Abimanyu, menjadi pembicara kunci dalam Sidang Senat Terbuka Dies Natalis ke-15 dan Lustrum III Sekolah Vokasi UGM Yogyakarta. Ia meminta perguruan tinggi membuat mata kuliah penyeimbang Akal Imitasi (Artificial Intelligence/AI) karena semakin masifnya pemanfaatan AI di semua sektor yang tidak dibarengi tersedianya mata kuliah penyeimbang pemanfaatan AI. (EDUWARA/Dok. UGM)
Setyono, Kampus29 Oktober, 2024 00:36 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Hadir sebagai pembicara kunci pada Sidang Senat Terbuka Dies Natalis ke-15 dan Lustrum III Sekolah Vokasi UGM Yogyakarta, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Anggito Abimanyu meminta perguruan tinggi membuat mata kuliah penyeimbang Akal Imitasi (Artificial Intelligence/AI).

“Tantangan terbesar saat ini adalah semakin masifnya pemanfaatan Akal Imitasi (Artificial Intelligence/AI) di semua sektor. Tapi tidak dibarengi tersedianya mata kuliah penyeimbang pemanfaatan AI,” kata Anggito Abimanyu, Senin (28/10/2024).

Dampaknya, sekarang muncul kesenjangan antara kurikulum pendidikan dan kebutuhan dunia kerja sehingga dunia pendidikan diminta melakukan transformasi agar bisa menghasilkan lulusan siap pakai.

Anggito, yang juga Ketua Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi UGM, menyebut perkembangan teknologi informasi, dan khususnya AI, semakin tidak bisa diprediksi. Hal ini menuntut perguruan tinggi harus adaptif.

Terkhusus pada pendidikan vokasi, Anggito meminta terus dilakukan peningkatan dan kolaborasi dengan industri untuk memastikan kurikulum yang diajarkan relevan dengan kebutuhan pasar dan mempersiapkan mahasiswa berkontribusi secara nyata

“Sekolah Vokasi bukan hanya tempat untuk belajar, tetapi juga pusat inovasi dan kreativitas. Pendidikan vokasi, inovasi dan terapan sangat dibutuhkan dalam bidang pangan, energi, investasi dan proyek strategis nasional,” terangnya.

Langkah-langkah ini, menurut Anggito, sebagai upaya meningkatkan kualitas SDM yang relevan dengan kebutuhan zaman, di mana unggul dalam penguasaan teknologi, keterampilan abad ke-21, dan nilai-nilai karakter.

“Dunia pendidikan harus adaptasi dalam perkembangan AI. Distrupsinya jangan dianggap enteng. Mohon dikuatkan dengan membuat peta jalan program di semua jurusan tentang AI, machinelearning dan robotic,” ucapnya.

Karenanya, lanjut Anggito, pendidikan yang berbasis kompetensi dinilai akan membantu mahasiswa menghadapi tantangan masa depan dan memastikan fasilitas pendidikan memadai. Infrastruktur yang baik mendukung proses belajar mengajar yang efektif.

Read Next