logo

EduBocil

Komunikasi dan Kolaborasi Kunci Keberhasilan PTM

Komunikasi dan Kolaborasi Kunci Keberhasilan PTM
Para guru di SD Muhammadiyah Sapen memadukan dua model pembelajaran, yaitu tatap muka dan tatap mata dalam kesempatan belajar yang sama, sehingga semua siswa tetap dapat terhubung dengan para guru.
Ida Gautama, EduBocil18 Oktober, 2021 21:10 WIB

Eduwara.com, YOGYAKARTA - Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di jenjang Sekolah Dasar (SD) di Kota Yogyakarta berjalan dengan baik tanpa kendala berarti. PTM terbatas yang dilaksanakan sejak 4 Oktober 2021 tersebut hanya diperuntukkan bagi peserta didik kelas 5 dan 6 dengan kapasitas ruang di bawah 50 persen dan jam belajar maksimal 3 jam sehari.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Seksi Kurikulum SD Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta, Jati Prasetya SE Mec Dev Akt ketika dihubungi Senin (11/10/2021).

“Orangtua yang mengizinkan anak-anaknya mengikuti PTM mencapai 90 persen. Karena itu, kami sangat berharap anak-anak ini mendapatkan pembelajaran yang lebih baik melalui PTM. Mereka juga harus tetap aman dengan risiko minimal. Pandemi Covid-19 masih belum sepenuhnya hilang. Karena itu, protokol kesehatan harus benar-benar terjaga,” kata Jati.

Jati menambahkan hampir semua SD/MI di Kota Yogyakarta sudah melaksanakan PTM terbatas. Jika ada sekolah yang belum melaksanakan, boleh jadi hal tersebut karena bangunan sekolah sedang dalam tahap renovasi. 

“Meski PTM berjalan lancar, namun untuk memperluas kapasitas ruang dan jumlah peserta didik tetap menunggu kondisi wilayah lebih baik baik lagi. Selama kondisi belum sepenuhnya aman maka aspek keamanan lebih diprioritaskan dari aspek kenyamanan.

“Sesuai kebijakan Bapak Kepala Dispora Kota Yogyakarta, tindak lanjut dan perkembangan PTM tetap menunggu kondisi yang lebih baik lagi,” katanya.

PTM TERBATAS

Pelaksanaan PTM terbatas di jenjang SD, mendapat apresiasi yang baik dari warga sekolah. Endang, yang kedua cucunya bersekolah di SD Muhammadiyah Sapen, berpendapat PTM lebih baik dari pada tatap mata.

“Ibunya cucu saya ini bekerja dan pulangnya selalu sore. Kalau lagi ngajarin anaknya belajar, kadang suaranya jadi meninggi. Mungkin karena dia sudah capek. Akhirnya malah ramai sendiri dengan anaknya. Cucu saya senang sekali bisa PTM karena bisa ketemu teman dan gurunya,” kata Endang ketika ditemui saat menjemput sang cucu di SD Muhammadiyah Sapen. 

Namun, pelaksanaan PTM ternyata menjadi tantangan tersendiri bagi tiga siswa SD Muhammadiyah Sapen yang ditemui saat pulang sekolah, yaitu Firli, Hanan, dan Aldric. Hal ini terkait dengan pemakaian masker selama PTM.

“Senang sih senang, tapi gak enak karena gak boleh copot masker. Jadi susah nafas,” kata Hanan.

Secara terpisah, Kepala SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta, Agung Rahmanto SH MPd, mengatakan PTM bukan sekadar bertujuan untuk menuntaskan capaian kurikulum. Namun, PTM membuka kesempatan bagi siswa untuk bisa berinteraksi secara langsung dengan guru. Para guru juga bisa mengembangkan sikap sosial dan toleransi dalam diri siswa dengan lebih optimal.

Karena itu, lanjut Agung, kolaborasi dan komunikasi antara kepala sekolah, guru, orangtua, siswa dan masyarakat menjadi kata kunci keberhasilan pelaksanaan PTM. Semua pihak harus selalu terhubung supaya model pembelajaran berbasis aktivitas siswa (PBAS), yang dikembangkan di SD Muhammadiyah Sapen dapat berjalan dengan baik. Selain itu, guru harus terus menerus mengembangkan kreativitas dan berani berinovasi. 

“Kami berupaya pelaksanaan PTM terbatas ini tidak mendatangkan masalah baru. Komitmen sekolah dan kejujuran orangtua adalah hal yang harus dikedepankan,” pungkasnya. (ida tungga)

Read Next