logo

Kampus

Kuliah Prodi Sastra Jawa, Mau Jadi Apa?

Kuliah Prodi Sastra Jawa, Mau Jadi Apa?
Ketua Program Studi Sastra Daerah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Supana. (EDUWARA/M Diky Praditia)
M. Diky Praditia, Kampus05 April, 2022 05:03 WIB

Eduwara.com, SOLO – Program studi (Prodi) Sastra Daerah merupakan salah satu prodi langka di Indonesia. Hanya beberapa perguruan tinggi yang membuka prodi ini. Bahkan untuk Sastra Jawa, hanya tiga universitas yang mempunyai prodi unik ini, yaitu Universitas Indonesia (UI) Depok, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.

Ketua Prodi Sastra Daerah UNS Supana menjelaskan, Prodi Sastra Daerah UNS sudah ada sejak berdirinya UNS, 11 Maret 1976.  Bahkan, Prodi ini menjadi syarat berdirinya UNS kala itu. Hal itu karena salah satu tujuan pendirian UNS Solo adalah menjadi perguruan tinggi yang dapat melestarikan, mempelajari, dan mengembangkan budaya Jawa khususnya bahasa dan sastra Jawa.

“Di Prodi Sastra Daerah, ada tiga disiplin ilmu yang akan dipelajari selama kuliah. Pertama, Linguistik. Kedua, Sastra. Dan ketiga, Filologi,” kata Supana saat ditemui Eduwara di Ruang Kerjanya Prodi Sastra Daerah UNS Solo, Senin (4/4/2022). 

Supana menjelaskan lebih lanjut, Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Mahasiswa Sastra Daerah akan mengkaji tata bahasa Jawa. Mulai dari mempelajari bunyi bahasa atau fonetik, pragmatik, hingga mempelajari ciri dan tata bahasa suatu daerah yang berbahasa Jawa, biasa disebut Etnolinguistik.

“Kalau disiplin Ilmu Sastra yaitu mempelajari dan mengkaji sastra Jawa modern, seperti geguritan atau puisi Jawa, cerpen, dan novel berbahasa Jawa modern,” jelas Supana ketika ditemui selepas salat Zuhur.

Berbeda dengan Sastra yang mempelajari karya-karya sastra modern, disiplin Filologi mempelajari dan mengkaji naskah atau manuskrip kuno. Bahan naskah biasanya terbuat dari rontal, dluwang, dan kertas.

“Jadi objek kajian Filologi adalah sastra Jawa lama yang ditulis dengan tangan, hand script beraksara Jawa. Sekurang-kurangnya sudah berumur 50 tahun,” ucap dia.

Konsentrasi Studi

Selama lima semester, mahasiswa Sastra Daerah akan mempelajari secara umum tiga bidang mainstream tersebut. Kemudian pada semester enam, mahasiswa wajib memilih satu dari tiga bidang tersebut untuk menjadi konsentrasi studi sekaligus melakukan penelitian skripsi mereka.

“Bidang yang paling diminati oleh para mahasiswa Sastra Daerah biasanya bidang Sastra atau Linguistik. Sedangkan bidang Filologi lebih sedikit peminatnya. Mungkin karena mengkaji naskah-naskah lama lebih susah. Harus tahu betul aksara dan bahasa Jawa lama,” beber Supana siang itu.

Selain tiga bidang ilmu tersebut, Prodi Sastra Daerah UNS juga menyediakan ekstrakulikuler dan mata kuliah yang masih berhubungan dengan bahasa dan sastra Jawa, misalnya, Karawitan, teater tradisional atau Kethoprak, pambiwara, bahkan keroncong Jawa.

“Selain akademik, mahasiswa juga bisa belajar dan mengembangkan minat dan bakat mereka pada kesenian dan kebudayaan Jawa,” tandasnya.

Supana menambahkan, meski Prodi Sastra Daerah ini termasuk jurusan yang tidak banyak dibuka di perguruan tinggi, namun lulusan dari Prodi Sastra Daerah bisa bekerja di berbagai bidang. 

Menurutnya ada enam bidang yang bisa dijalani oleh lulusan Sastra Daerah, yaitu peneliti bahasa dan budaya Jawa, jurnalis, penerjemah bahasa Jawa, pengalih aksara dan penyunting teks, pembawa acara Jawa, dan wirausahawan yang berhubungan dengan budaya Jawa. 

Read Next