logo

Kampus

Mahasiswa UNY Sukses Ajari Calistung pada Siswa Berkebutuhan Khusus

Mahasiswa UNY Sukses Ajari Calistung pada Siswa Berkebutuhan Khusus
Eko Prastyo mahasiswa UNY saat membimbing siswa SDN 3 Sadang Kudus dalam program 'Kampus Mengajar'. Empat bulan, Eko membimbing salah satu siswa berkebutuhan khusus di sekolah tersebut hingga bisa Calistung. (EDUWARA/Dok. UNY)
Setyono, Kampus21 Juli, 2022 21:58 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Sebagai peserta program 'Kampus Mengajar', Eko Prastyo mahasiswa program studi Kebijakan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tidak menyangka jika penempatan tugasnya di SDN 3 Sadang, Kudus akan memberikan pengalaman berharga.

Selama empat bulan penuh, Eko mendapat tugas untuk memberikan pendampingan kepada satu siswa berkebutuhan khusus yang duduk di kelas V, yang kondisi tangan dan kaki sebelah kirinya tidak bisa digerakkan.

Kondisi tersebut menimbulkan kendala bagi siswa tersebut, terutama untuk pembelajaran menulis, karena terkadang tangan kanannya kaku dan sulit digunakan.

"Tidak pernah terbayangkan saya menjadi seorang guru dan menghadapi salah satu siswa yang berkebutuhan khusus," kata Eko, Kamis (21/7/2022).

Melalui pembelajaran khusus dan bimbingan langsung, Eko mengatakan dirinya memberikan pelajaran membaca, menulis dan berhitung (Calistung) dengan pelatihan membuat garis sederhana.

Tidak hanya itu, Eko memberikan waktu lebih untuk belajar mengenai Calistung yang sesuai dengan keinginannya pada saat itu.

"Hari ini dia ingin belajar menulis berarti saya memberikan pelajaran menulis kata atau kalimat. Mungkin dia ingin membaca berarti saya memberikan buku bacaan untuk dibaca kata per kata atau kalimat, begitu pun dengan menghitung," kata Eko.

Hal ini dilakukan Eko untuk membentuk kultur pembelajaran pada diri anak karena pembelajaran fleksibilitas dan sesuai dengan apa yang diharapkan. 

Dalam empat bulan siswa tersebut akhirnya bisa sedikit menulis, membaca dan menghitung dengan semangat belajar yang luar biasa.

"Dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) menggunakan laptop, siswa berkebutuhan tersebut berhasil mengetik nama, berhitung secara sederhana dan membaca soal sedikit demi sedikit. Ini membuat saya bahagia," jelasnya.

Melalui pengalaman ini, Eko menyatakan program 'Kampus Mengajar' telah memberikan dirinya ruang luar biasa untuk bisa bertemu dan bertukar pikiran bersama orang-orang hebat di luar sekaligus bangga menjadi keluarga besar.

"Hingga pada akhirnya semua sudah bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu anak-anak bisa menerima saya ketika di dalam kelas dan bisa belajar bersama dengan nyaman serta lingkungan kelas yang sehat," ujarnya.

Read Next