Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, SEMARANG – Berpatokan pada kartun sebagai ruang riset-dokumentasi, edukasi visual, apresiasi, ekonomi kreatif, pelestarian karya kartun nasional hingga diplomasi budaya, Persatuan Kartunis Indonesia (Pakarti) menggagas kehadiran museum kartun untuk pertama kalinya di Semarang, Jawa Tengah.
Dalam ajang Komunitas Kreator Semarang (Kresem) Artstreet #8 yang berlangsung di kawasan Kota Lama Semarang, Sabtu (20/9/2025), Pakarti melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai pentingnya kehadiran museum kartun.
“Kartun bukan sekadar hiburan, tetapi juga catatan sejarah, kritik sosial, dan refleksi budaya bangsa. Karena itu, keberadaan museum kartun sangat relevan, kalau tidak diarsipkan, kita akan kehilangan jejak perjalanan seni ini,” ujar Abdullah Ibnu Thalhah dari Presidium Pakarti, dilansir Senin (22/9/2025).
Mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, Pakarti mengusulkan museum kartun ini nantinya bisa hadir di kawasan Kota Lama Semarang. Tak hanya akan menjadi obyek wisata baru, kehadiran museum ini menjadi sarana edukasi kepada generasi muda.
Abdullah melihat kehadiran Museum Kartun Indonesia di Semarang akan memperkaya khazanah seni visual nasional sekaligus menjadi pusat edukasi lintas generasi dengan menjadi ruang rekreasi yang mendidik.
“Publik menyambut ide ini dengan hangat, sementara para kartunis terus menggaungkannya dengan penuh semangat,” tegasnya.
Para kartunis berharap gagasan Museum Kartun Indonesia semakin dikenal publik, sekaligus membuka ruang dialog lebih luas dengan berbagai pihak, baik pemerintah, komunitas seni, maupun masyarakat umum
“Bayangkan anak-anak datang, tertawa melihat kartun, lalu pulang dengan pengetahuan baru. Itu pengalaman budaya yang menyenangkan,” tuturnya.
Literasi Visual
Kartunis Wahyu Kokkang menilai bahwa museum juga bisa menjadi sarana literasi visual.
“Sekarang banyak anak muda akrab dengan meme digital, tapi mungkin belum tahu akarnya. Museum kartun bisa menjelaskan bagaimana bahasa visual ini berkembang sejak lama,” katanya.
Nantinya, museum akan menjadi ruang referensi kartunis muda yang ingin mengetahui bagaimana karya-karya pendahulu lahir dalam konteks zamannya. Museum akan membuat generasi baru bisa belajar, sekaligus menghargai warisan ini.
Ketua Komunitas Fotografi Indonesia, Arbain Rambey, menyampaikan dukungannya terhadap rencana pendirian Museum Kartun Indonesia.
“Keberadaan museum ini akan menjadi penanda penting bagi ekosistem seni visual di Indonesia,” ujarnya.
Dalam pandangannya, kartun dan fotografi sama-sama merupakan medium visual yang mampu merekam zaman dengan cara khasnya. Kartun dengan imajinasi, garis satir dan refleksi sosialnya, sementara fotografi dengan dokumentasi realitas yang factual.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Wing Wiyarso, menyampaikan dukungannya terhadap gagasan pendirian Museum Kartun Indonesia.
“Kami menyambut baik inisiatif teman-teman kartunis. Museum kartun yang sedang kami usahakan keberadaannya di Kota Lama dapat menambah daya tarik wisata budaya sekaligus memperkaya identitas kreatif Kota Semarang,” ujarnya.
Wing menambahkan, jika hal ini sejalan dengan semangat Pemkot Semarang menjadikan Kota Lama sebagai ruang seni publik yang hidup.
“Museum kartun akan memperkaya ekosistem organik dari seni budaya di Semarang,” ujarnya.
Wing juga mengatakan keberadaan museum akan menambah daya tarik Kota Lama yang selama ini dikenal sebagai kawasan wisata sejarah, sehingga wisatawan akan punya alasan tambahan untuk datang, belajar, dan berinteraksi dengan karya-karya unik khas kartun Indonesia.