logo

Kampus

Pendidikan Karakter Berbasis Kebudayaan, Kompas Moral Generasi Muda

Pendidikan Karakter Berbasis Kebudayaan, Kompas Moral Generasi Muda
Guru Besar Bidang Ilmu Pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FISHIPOL UNY, Saliman (EDUWARA/Dok. UNY)
Setyono, Kampus24 Oktober, 2024 02:01 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Penerapan pendidikan karakter berbasis budaya bukan sekadar sebuah tren, melainkan kebutuhan mendesak yang harus segera diterapkan. Pendidikan karakter berbasis budaya adalah ‘kompas’ moral yang akan membimbing generasi muda dalam mengambil keputusan dan bertindak pada masa depan.

Guru Besar Bidang Ilmu Pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Sosial, Hukum, dan Ilmu Politik (FISHIPOL) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Saliman, meyakini pendidikan berbasis budaya tidak hanya bertujuan memberikan pengetahuan.

“Tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral yang dapat membentuk karakter individu yang tangguh dan berintegritas. Terlebih di tengah kemajuan teknologi yang serba cepat dan instan, nilai-nilai budaya semakin dirasakan pentingnya untuk menghadapi berbagai tantangan sosial yang kian kompleks,” kata Saliman dilansir Rabu (23/10/2024).

Menurut Saliman, nilai-nilai dari gotong royong, toleransi, dan rasa hormat yang telah menjadi bagian integral dari identitas bangsa Indonesia, kini semakin dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan sosial yang ada.

Karena itu, lanjut Saliman, menghadapi kondisi dan tantangan ke depan, perlu integrasi nilai-nilai budaya ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya belajar tentang pengetahuan akademik, tetapi juga diajak untuk memahami dan menghargai warisan budaya bangsa.

“Hal ini diharapkan dapat membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kebanggaan terhadap identitas budaya mereka,” paparnya.

Tantangan

Tidak hanya itu, menurut Saliman, pembelajaran berbasis budaya memungkinkan siswa lebih mudah memahami konsep-konsep abstrak dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, mereka juga akan memiliki rasa bangga terhadap identitas budaya bangsa.

Meskipun demikian, Saliman mengakui implementasi pendidikan karakter berbasis budaya di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah pengaruh kuat budaya asing yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai budaya lokal.

Untuk mengatasi hal ini, Saliman menyarankan kolaborasi yang kuat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan nilai-nilai budaya.

“Pemerintah juga harus memberikan dukungan yang lebih besar terhadap upaya pelestarian dan pengembangan budaya. Di sisi lain, para pendidik perlu terus meningkatkan kompetensinya dalam mengimplementasikan pendidikan karakter berbasis budaya,” katanya.

Jika hal itu dilakukan berkesinambungan, Saliman optimis dengan semakin kuatnya pendidikan karakter berbasis budaya. Generasi muda Indonesia akan tumbuh menjadi generasi yang berkarakter kuat, berbudaya tinggi, dan mampu memberikan kontribusi besar bagi kemajuan bangsa.

Saliman juga menekankan bahwa pendidikan karakter adalah investasi jangka panjang yang hasilnya akan dirasakan dalam bentuk generasi emas yang membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah.

Read Next