logo

Kampus

Prodi Konservasi Seni ISI Yogyakarta Gandeng Cheng Shiu University

Prodi Konservasi Seni ISI Yogyakarta Gandeng Cheng Shiu University
Kampus ISI Yogyakarta. (EDUWARA/Dok. ISI Yogyakarta)
Setyono, Kampus23 Juli, 2025 21:44 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Program Studi (Prodi) Konservasi Seni, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta terus meningkatkan kualitas pembelajaran mata kuliah dengan menggandeng serta berkolaborasi dengan Cheng Shiu University, Taiwan. Ke depan ISI Yogyakarta diharapkan mampu menjadi pusat kendali seni nasional.

Kolaborasi dan kerja sama ini diwujudkan dalam bentuk pertukaran mahasiswa serta pendampingan program kuliah. Tahun ini kerja sama diwujudkan dalam bentuk workshop tentang konservasi seni yang berlangsung mulai Rabu-Jumat (23-25/7/2025).

“Workshop ini diikuti 10 dosen ISI Yogyakarta yang terdiri dari lima dosen Prodi Konservasi Seni, lima dosen prodi lain Fakultas Seni Rupa dan tujuh professor dari Cheng Shiu University,” kata Dekan FSRD, Muhammad Salahuddin, Rabu (23/5/2025).

Sebelumnya, kerja sama antar kedua perguruan tinggi telah diwujudkan dengan dikirimkannya empat mahasiswa Konservasi Seni ISI Yogyakarta dalam program pertukaran mahasiswa ke Cheng Shiu University selama satu semester pada tahun lalu.

Sebagai prodi yang baru berusia tiga tahun dan baru mendapatkan 90 mahasiswa, karena setiap tahun daya tampungnya hanya 30 mahasiswa baru, Salahuddin mengatakan kerja sama dengan Cheng Shiu University ini sangat penting.

“Bagaimana universitas ini telah berhasil mempelajari dan mengembangkan program studi Konservasi Seni bisa melahirkan lulusan yang siap bekerja di dunia profesional. Ini yang kita butuhkan selama ini,” katanya.

Masih Terbuka

Sebagai prodi satu-satunya di Indonesia, Salahuddin menyadari tidak begitu banyak ruang kerja yang nantinya akan tersedia bagi lulusan. Namun jika melihat keberadaan benda, seni baik dari masa lalu maupun era modern di nusantara, maka peluang untuk terciptanya lapangan kerja dinilai masih terbuka.

“Karena memang Indonesia belum begitu menekankan program studi Konservasi Seni. Nah, kami berharap ke depan, prodi ini bisa berkembang lebih besar lagi, terutama saat ini kami sedang mempersiapkan laboratorium-laboratorium yang ada di ISI Yogyakarta, di Fakultas Seni Rupa dan Desain ini,” ucapnya.

Dalam workshop selama tiga hari nanti, lanjut Salahuddin, Prodi Konservasi FSRD ISI Yogyakarta juga telah bekerja sama dengan Museum Affandi untuk menghadirkan satu karya maestro seni Indonesia supaya bisa dikonservasi ulang secara langsung.

Wakil Rektor Cheng Shiu University, Tommy Cheng, menyambut baik kerja sama dengan ISI Yogyakarta. Menurutnya, kehadiran perguruan tinggi seni bagi pemerintah sangat penting karena akan menjadi pusat tumbuhnya seni yang bercirikan nasionalisme.

“Melalui kerja sama ini kami ingin menjadikan ISI Yogyakarta sebagai salah satu pusat kendali seni yang didukung pemerintah. Malah mungkin nanti bisa menjadi pusat kendali seni besar yang diakui dunia,” paparnya.

Selama ini, dunia mengenal enam pusat kendali seni salah, yang salah satunya adalah Singapura. Dengan terus menjaga semangat tradisional yang berkelanjutan, kerja sama ini bagi kedua pihak akan saling menguntungkan.

Read Next