Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA -- Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta bekerja sama dengan The Divinity School of Chung Chi College, The Chinese University of Hong Kong dalam penyelenggaraan Indonesia Study Tour pada Mei 2025.
Program ini diikuti oleh 21 peserta dari Hong Kong yang terdiri dari dosen, staf, mahasiswa, dan alumni, dan memulai sesi Yogyakarta pada Kamis (15/5/2025).
Rektor UKDW, Wiyatiningsih, menyambut hangat rombongan dari Chung Chi College dan menyampaikan harapan terhadap program ini dalam membangun dialog lintas agama dan pemahaman budaya.
“Selamat datang di UKDW dan di Kota Yogyakarta, kota budaya yang juga dikenal sebagai kota pelajar. Sebagai kampus yang memegang semangat inklusivitas dan keberagaman, kami sangat senang dapat menjadi tuan rumah bagi program yang menjembatani perbedaan dan membangun pemahaman lintas iman,"ujar Wiyatiningsih dalam sambutannya.
Wiyatiningsih juga berharap perjumpaan para peserta dari Chung Chi College dengan UKDW akan membawa pengalaman yang memperkaya, tidak hanya secara intelektual tetapi juga secara spiritual dan kultural.
Kegiatan Indonesia Study Tour di Yogyakarta diawali dengan kuliah umum di UKDW yang disampaikan oleh dua dosen Fakultas Teologi UKDW, yakni Paulus Sugeng Widjaja dan Emanuel Gerrit Singgih.
Dalam kuliah umum bertema “Christianity and Peace Building”, Paulus Sugeng Widjaja menekankan bahwa damai menurut iman Kristen bukan sekadar ketiadaan konflik, melainkan mencakup keutuhan hidup secara spiritual, moral, sosial, dan material.
Ia menjelaskan bahwa Kristus menghadirkan kemanusiaan baru yang menembus batas dan membangun relasi yang adil dan penuh kasih. Gereja dipanggil menjadi komunitas alternatif yang menghadirkan damai sejati.
Panggilan Spiritual
Sementara itu, Emanuel Gerrit Singgih memaparkan topik ‘’Disaster Theology: Theodicy, Anthropodicy, and Cosmodicy in the Context of Indonesia’’. Ia mengulas bagaimana masyarakat religius di Indonesia memaknai bencana, tidak hanya sebagai peristiwa alam, tetapi juga sebagai ujian atau panggilan spiritual.
Melalui konsep teologis seperti theodicy (keadilan Tuhan), anthropodicy (tanggung jawab manusia), dan cosmodicy (pembenaran alam), peserta diajak memahami dimensi iman dalam menghadapi penderitaan. Di balik bencana, lanjutnya, kerap muncul solidaritas lintas agama yang menjadi wujud nyata kehadiran Tuhan melalui kasih sesama.
Kedua sesi ini memberikan landasan teologis yang kuat untuk memahami pentingnya kerja sama lintas iman di tengah tantangan global.
Jane, salah satu peserta dari Hong Kong juga berbagi pandangan tentang tekanan kehidupan urban di kotanya. “Hong Kong dirancang sebagai tempat untuk bekerja,” ungkapnya.
Meski wilayah Hong Kong juga memiliki keindahan alam yang luar biasa seperti hutan, pegunungan, dan pemandangan laut, warga kesulitan menikmati waktu luang.
Jane menganalogikan rumah sebagai asrama yang disediakan oleh perusahaan. Ia menggambarkan betapa dominannya ‘mode’ kerja dalam kehidupan sehari-hari.
“Untuk benar-benar beristirahat, mereka justru harus pergi ke tempat lain,” tambahnya.
Setelah kuliah umum, peserta mengikuti sesi dialog lintas iman bersama mahasiswa UKDW. Diskusi ini berlangsung terbuka dan hangat, mempertemukan pandangan dari latar budaya yang berbeda, namun dipersatukan oleh semangat membangun masyarakat yang damai dan saling menghargai. Mereka juga mengikuti Ibadah Taizé di Kapel UKDW bersama civitas kampus.
Program Indonesia Study Tour sesi Yogyakarta berlangsung dari Kamis-Selasa (15-20/5/2025). Di luar kampus, peserta mengunjungi Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) dan berdiskusi mengenai pluralisme agama di Indonesia.
Kegiatan ini juga dilengkapi dengan kunjungan ke berbagai situs spiritual dan budaya seperti Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Ganjuran, Candi Borobudur, dan Pesantren Lintang Songo. Masing-masing membuka wawasan tentang harmoni antara agama dan budaya lokal.
Pengalaman lain yang juga sangat berkesan adalah program homestay di mana peserta tinggal bersama keluarga Indonesia selama akhir pekan. Mereka mengikuti ibadah hari Minggu, berbagi kehidupan sehari-hari, dan membangun relasi lintas budaya yang hangat dan personal.
Program ini tidak hanya mempererat hubungan antara UKDW dan Chung Chi College, tetapi juga menegaskan komitmen UKDW sebagai kampus yang menghidupi nilai-nilai perdamaian, keberagaman, dan solidaritas antar iman. (*)