Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, DEPOK – Penggunaan AC atau kipas angin selama ini ditakutkan menjadi penyebab penyakit pneumonia terutama bagi bayi baru lahir/ newborn. Ternyata hal tersebut tak sepenuhnya tepat.
Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Cynthia Centauri mengatakan, efek secara langsung dari kipas angin dan juga AC terhadap penyakit pneumonia tidak ada. “Efek yang terjadi merupakan efek tidak langsung, terutama untuk newborn. Penyebab pneumonia itu banyak, ada bakteri, virus maupun jamur,” ujar Cynthia di webinar yang digelar oleh Rumah Sakit Universitas Indonesia dengan tema “Stop Pneumonia pada Anak, Cegah dari Sekarang” dalam siaran pers RSUI, Senin (28/2/2022).
Dipaparkan Cynthia, pada tahun 2017, Indonesia menempati peringkat ke-7 di dunia untuk negara dengan kasus pneumonia tertinggi. Pneumonia merupakan infeksi saluran napas akut yang mengenai parenkim paru. Sel paru-paru (alveoli) terisi dengan nanah dan cairan yang menyebabkan kesulitan bernapas dan mengganggu asupan oksigen.
“Patogen / kuman masuk ke paru-paru dapat secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, patogen akan masuk melalui pernapasan atau secara aspirasi (terhirup) secara tidak sengaja, sedangkan secara tidak langsung penyebaran patogen dapat masuk melalui aliran darah. Patogen akan memicu respon imun tubuh dan menyebabkan reaksi peradangan,” papar Cynthia.
Berbagai faktor risiko pneumonia pada anak dikatakan Cynthia yakni imunitas rendah (gizi kurang/gizi buruk dan tidak ASI), hunian padat, status ekonomi rendah, penyakit yang menyertai sebelumnya, seperti HIV dan campak, polusi udara, asap rokok, dan imunisasi belum lengkap.
Cynthia menjelaskan gejala dan tanda pneumonia pada anak yang wajib diwaspadai oleh orang tua yaitu batuk, sesak yang ditandai dengan napas cepat, adanya tarikan dada, napas cuping hidung, tampak biru, penurunan saturasi oksigen.
Gejala lainnya, lanjut Cynthia yang biasanya timbul seperti sulit makan/minum, kesadaran anak menurun yang ditandai dengan anak lebih banyak tidur atau tampak lemah, demam atau hipotermia, kejang, suara nafas tambahan, dan gejala penyerta lain seperti diare, muntah, dan sebagainya.
“Anak dapat dirawat di rumah sakit apabila anak sudah sulit bernapas atau merintih, ada penurunan saturasi oksigen, sulit makan, atau memiliki penyakit penyerta,” ujar Cynthia.
Lebih lanjut Cynthia menjelaskan bahwa mencegah pneumonia pada anak dapat dilakukan melalui pemberian nutrisi yang cukup. Nutrisi yang cukup dapat meningkatkan pertahanan alami anak dan dapat dimulai dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan, melakukan imunisasi yang lengkap, memberikan nutrisi yang baik.
Sementara itu, untuk mengatasi faktor lingkungan yakni dengan cara menjaga kebersihan di lingkungan rumah. Kebersihan yang terjaga dapat mencegah munculnya pneumonia.