Bantu Tingkatkan Perekonomian, Tim PkM UNY Latih Masyarakat Bantul dan Kulon Progo

06 Oktober, 2024 21:27 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

06102024-UNY batik kayu .jpg
Tim PkM UNY yang terdiri dari Laifa Rahmawati, Arianingsih dan Nindya Nuriswati memberikan pelatihan bertajuk ‘Pemberdayaan Desa Wisata Kerajinan Batik Kayu Krebet Berbasis Ecopreneurship’, kepada masyarakat Krebet, Bantul. Pelatihan ini bertujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melestarikan pariwisata berkelanjutan di Desa Wisata Krebet. (EDUWARA/Dok. UNY)

Eduwara.com, JOGJA – Melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM), dosen-dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) terus memberikan berbagai pelatihan kepada masyarakat untuk membantu meningkatkan perekonomian. Setelah di Krebet, Bantul, pelatihan diteruskan ke masyarakat Pengasih, Kulon Progo.

Mengambil tema ‘Pemberdayaan Desa Wisata Kerajinan Batik Kayu Krebet Berbasis Ecopreneurship’, Tim PkM UNY diketuai Laifa Rahmawati dari FMIPA. Sedangkan dua dosen anggotanya, yaitu Arianingsih dari Fakultas Bahasa, Seni dan Budaya (FBSB) UNY dan Nindya Nuriswati dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).

“Kepada 30 perajin yang ikut pelatihan, kami memberikan enam topik yang didominasi pada keselamatan kerja. Dengan menggunakan pengaman dapat mencegah luka akibat kerja, menciptakan rasa aman bagi perajin, serta dapat meningkatkan produktivitas,” kata Laifa Rahmawati dilansir Minggu (6/10/2024).

Enam topik yang diberikan kepada para perajin, yaitu edukasi kesehatan kerja, aspek ergonomis perajin batik Kayu Krebet, edukasi keselamatan kerja dan alat pelindung diri perajin.

Kemudian ada pelatihan tentang aplikasi motif modern seni kriya pada batik kayu, aplikasi desain bentuk modern seni kriya pada batik kayu, teknik pengambilan gambar dan video bahan iklan produk batik kayu, dan pembuatan iklan melalui marketplace dan website promosi produk batik kayu.

“Diharapkan pelatihan ini dapat membantu Desa Wisata Krebet melestarikan pariwisata berkelanjutan, sehingga masyarakat menjadi bertambah sejahtera,” tuturnya.

Sedangkan di Pengasih, Kulon Progo, Tim PkM ’Bangun Deso’ Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNY memberikan pelatihan pengolahan jamu herbal berbahan dasar tanaman obat keluarga untuk penguatan ekonomi masyarakat. Tim ini beranggotakan Dadan Rosana, Allesius Maryanto, Suhandoyo, Arwan Nur Ramadhan, dan Riko Septiantoko.

“Kami menyasar ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) dengan turut serta memberi bantuan peralatan untuk membuat jamu herbal,” kata Dekan FMIPA UNY Dadan Rosana.  

Selain di Kulon Progo, kata Dadan, program serupa juga dilaksanakan di Bantul dengan tajuk ‘Kampung Emas’ dan di Gunungkidul bertajuk program ‘Adi Daya’.

Tim PkM ’Bangun Deso’ FMIPA UNY memberikan pelatihan pengolahan jamu herbal berbahan dasar tanaman obat keluarga untuk penguatan ekonomi masyarakat Pengasih, Kulonprogo. Tim ini beranggotakan Dadan Rosana, Allesius Maryanto, Suhandoyo, Arwan Nur Ramadhan, dan Riko Septiantoko. (EDUWARA/Dok. UNY)

Halaman Rumah

Di ketiga kabupaten tersebut, tim PkM UNY memberikan pelatihan kepada kaum ibu. Tujuannya, untuk meningkatkan ekonomi dengan memanfaatkan lahan. Tahap pertama yang ingin diapai, bahwa produk yang dihasilkan untuk sementara ditujukan pada kesehatan badan sebelum ke penjualan.

“Kalau kita lihat halaman rumah di sekitar sini masih luas, jadi bisa ditanami tanaman obat seperti jahe, kencur, dan lain-lain. Saya kira ini bukan hal yang sulit. Ini tidak memerlukan lahan yang luas,” katanya.

Camat Pengasih, Kulonprogo, Erna Handayani, menyampaikan terima kasih kepada UNY yang sudah banyak sekali melakukan PkM di Pengasih. Banyak materi yang akhirnya bisa dimanfaatkan oleh warga.

Erna mengatakan, indeks pembangunan gender adalah indeks pembangunan manusia yang dibandingkan antara laki-laki dan perempuan. Itu diukur dari sisi kesehatan, pendidikan dan sumbangan ekonomi.

“Untuk kesehatan, Kulon Progo bisa berbangga diri. Kesehatan diukur dari angka harapan hidup, dan angka harapan hidup di Kulon Progo adalah yang tertinggi di DIY dan DIY tertinggi di Indonesia,” paparnya.

Di Kulon Progo, angka harapan hidup perempuan lebih tinggi dari laki-laki, yaitu laki-laki 73 tahun sedang perempuan 77 tahun. Jadi angka harapan hidupnya tertinggi di Indonesia.

“Untuk pendidikan, perempuan di Kulon Progo masih nomor tiga di DIY. Dari sisi sumbangan ekonomi masih rendah yaitu nomor empat di DIY,” tutupnya.