Gagasan
27 Mei, 2022 15:16 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Bunga NurSY
Eduwara.com, JOGJA - Beberapa tokoh bangsa berbelasungkawa dan menyatakan berperginya Guru Bangsa Ahmad Syafii Maarif adalah kehilangan besar bagi bangsa Indonesia.
Di hari terakhirnya dirawat di RS PKI Muhammadiyah, pria yangkerap dikenal sebagai Buya Syafii Maarif itu dikabarkan banyak mencurahkan perhatian pada rakyat kecil.
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi mengatakan berpulangnya Ahmad Syafii Maarif merupakan kehilangan besar bagi bangsa Indonesia.
"Tulisan dan gagasan beliau yang mengedepankan hati nurani di atas kepentingan politik sesaat selalu menjadi oase bagi apatisme publik," kata Yudian usai melayat di Masjid Gede Kauman, Jogja, Jumat siang (27/5/2022).
Yudian menyampaikan ucapan duka cita yang mendalam kepada keluarga dan umat muslim atas berpulangnya Ahmad Syafii Maarif. Buya Syafii wafat hari ini pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah, Yogyakarta.
Buya Syafii dikenal sebagai ulama kharismatik sekaligus pemikir Islam Kontemporer di masanya. Lebih dari puluhan buku telah ia tulis yang sebagian besar mengulik isu pembumian Islam, pendidikan, hingga Kebhinekaan.
Seperti bukunya yang berjudul Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi tentang Percaturan dalam Konstituante (1985), Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan: Sebuah Refleksi Sejarah (2009), Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia (1993), Membumikan Islam (2019) dan karya-karya lainnya. "Melalui karya-karya dan kontribusinya pada tahun 2008 Buya Syafii dianugerahi penghargaan Ramon Magsaysay dari pemerintah Filipina," lanjut Yudian.
Sebelumnya, Buya juga pernah memimpin salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah dengan ditunjuk sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah dari tahun 2000 hingga tahun 2005.
Sementara pada tahun 2017 Buya Syafii dilantik sebagai Dewan Pengarah BPIP RI yang saat itu masih bernama Unit Kerja Presiden (UKP) Pembinaan Ideologi Pancasila. Melalui BPIP inilah Buya selalu menyumbangkan pemikiran-pemikirannya baik melalui tulisan hingga diskusinya bersama dengan para Dewan Pengarah BPIP lainnya.
"Beliau adalah guru bagi saya dalam memperoleh beasiswa untuk studi lanjut di McGill University dan mengajar di School of Law, Harvard University," ungkapnya.
Seminggu menjelang meninggalnya, Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1995-1998 Buya Syafii Maarif dikabarkan lebih banyak memberikan perhatian pada masyarakat kecil yang semuanya dianggap saudara.
Hal ini disampaikan Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat memberikan jumpa pers di RS PKU Gamping, Jumat (27/5/2022).
“Almarhum adalah tokoh yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral etika serta peradaban mulia baik dalam internal Muhammadiyah umat dan bangsa. Pemikirannya terus melintasi dan selalu konstan pada pemikiran-pemikiran maju pemikiran-pemikiran besar untuk bangsa dan negara ,” kata Haedar.
Haedar yang menemani almarhum Buya setengah jam sebelum dipanggil Allah, menceritakan seminggu terakhir Buya dikabarkan lebih banyak mencurahkan perhatian pada masyarakat kecil.
“Buya selalu bertanya serta memperhatikan para satpam dan siapapun yang dianggap sebagai saudara,” jelas Haedar yang membatalkan kunjungan ke Bandung setelah mendapat kabar Buya kritis saat di Klaten.
Haedar menyebut tim dokter RS PKU Muhammadiyah dan berkoordinasi dengan tim dokter kepresidenan, telah bekerja profesional dan tanggung jawab optimal. Namun sesuai dengan garis takdir, Buya meninggal di usia 87 tahun pukul 10..15 WIB.
Mewakili PP Muhammadiyah dan bangsa Indonesia, Haedar mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya atas wafatnya Buya Syafii Maarif. Haedar mengajak warga bangsa selalu mendoakan almarhum diampuni kesalahannya, diterima amal ibadahnya dan ditempatkan di surga,.
Buya Syafii dimakamkan hari ini, (27/5) di Pemakaman Khusnul Khotimah, Dukuh Donomulyo, Nanggulan, Kulon Progo.
Bagikan