Dehumanisasi Akibat Teknologi Kembali Diperbincangkan

07 Agustus, 2024 18:32 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

07082024-Muhammadiyah dan Katholik.jpg
Pembukaan The 8th International Conference on Sustainable Innovation (ICoSI) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (7/8/2024). (EDUWARA/K. Setyono)

Eduwara.com, JOGJA – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan gereja Katolik mencoba membahas bahaya dehumanisasi akibat perkembangan teknologi. Di tengah-tengah perkembangan industri teknologi yang mengarah pada era Industri 5.0, kedua lembaga ini mengajak umat untuk mengevaluasi kembali cara-cara memperlakukan sesama dan menghidupkan kembali nilai-nilai kemanusiaan yang sering terlupakan.

Lewat The 8th International Conference on Sustainable Innovation (ICoSI) yang dibuka Rabu (7/8/2024), UMY menginginkan proses perkembangan pengetahuan yang semakin meningkat kualitasnya yang dibarengi dengan perkembangan teknologi dan semua bentuk inovasi. Tidak kemudian keluar dari pakem dari tugas manusia untuk selalu menjaga lingkungan dan rasa kemanusiaan.

“Ide-ide besar, apapun bentuk dari kemajuan teknologi itu seharusnya bersifat berkelanjutan dan memberikan dampak lingkungan sekecil mungkin. Seberapapun kemajuan teknologi diharapkan memberikan dampak positif pada lingkungan hidup dan sosial,” kata Rektor UMY Gunawan Budiyanto usai Pembukaan ICoSI.

Gunawan mengharapkan ICoSI, yang diikuti berbagai perguruan tinggi dalam negeri serta beberapa dari luar negeri, sedapat mungkin menanamkan gagasan bahwa semaju apapun teknologi yang dihasilkan jangan sampai memunculkan dehumanisasi. 

Pada dasarnya, teknologi adalah alat dan tidak boleh memberikan usikan yang terlalu besar kepada segmen-segmen kehidupan dan pola hubungan pada manusia.

“Pada akhirnya teknologi diciptakan untuk kesejahteraan manusia, bukan proses dehumanisasi. Jika dikendalikan, saya kira dampak negatif yang memberikan dampak merugikan bisa diantisipasi,” lanjutnya.

Suasana peluncuran buku ‘Mereka Berharga di Mata-Ku: Memandang Sesama Menurut Yesus dan Paus Fransiskus’ di halaman Penerbit-Percetakan Pohon Cahaya, Selasa (6/8/2024). (EDUWARA/Dok. Penerbit-Percetakan Pohon Cahaya)

Dampak perkembangan teknologi memunculkan dehumanisasi sudah terlihat pada Jepang dan Korea. Sekarang, mereka tidak lagi memiliki generasi muda karena sebelumnya lebih mementingkan kenikmatan hidup dengan mengandalkan teknologi.

Peluncuran Buku

Sebelumnya, pada Selasa (6/8/2024) sore, di halaman Penerbit-Percetakan Pohon Cahaya, diluncurkan buku ‘Mereka Berharga di Mata-Ku: Memandang Sesama Menurut Yesus dan Paus Fransiskus’.

Buku ini merupakan karya lima penulis, yaitu Martinus Joko Lelono Pr, Bobby Steven Timmerman MSF, Bernadus Dirgaprimawan SJ, Nikolas Kristiyanto SJ, dan Klaus Heinrich Raditio SJ.

General Manager Penerbit-Percetakan Pohon Cahaya, Y Sasongko Iswandaru, mengatakan buku ini mengingatkan bahwa pada era teknologi dan konsumerisme yang menguasai banyak aspek kehidupan, manusia sering kali melupakan mereka yang membutuhkan perhatian.

“Buku ini menggali bagaimana Yesus membela mereka yang terpinggirkan dan bagaimana Paus Fransiskus mengkritik dehumanisasi yang disebabkan oleh teknologi dan konsumerisme,” terangnya.

Paus Fransiskus menantang manusia mempertimbangkan kembali sistem ekonomi yang sering mementingkan keuntungan di atas martabat manusia dan menyerukan tindakan nyata untuk melindungi lingkungan serta membantu mereka yang kurang beruntung.

Sasongko menambahkan peluncuran buku ini untuk menyambut kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024 di Jakarta. Hadir sebagai penanggap, Wakil Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sahiroon. Ia memberikan tanggapan dan pandangannya mengenai buku ini serta relevansinya dalam konteks sosial dan religius di Indonesia.