Diprediksi Meningkat, UGM Siapkan Produk Silase untuk Peternakan Ruminansia

13 November, 2024 00:24 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

12112024-UGM peternakan.jpg
Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang dilaksanakan Fakultas Peternakan UGM di Kelompok Kandang Sido Makmur di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Bantul, akhir Oktober 2024. (EDUWARA/Dok. UGM)

Eduwara.com, JOGJA – Produk-produk silase atau pakan terfermentasi diprediksi bakal menjadi komoditas penting saat berkembangnya peternakan ruminansia kecil, seperti sapi dan domba, untuk memenuhi kebutuhan susu. Peningkatan ini juga akan dibarengi kebutuhan pakan ternak terutama hijauan.

Dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), Tri Anggraeni Kusumastuti, mengatakan sebenarnya silase sudah banyak dikenal oleh masyarakat peternak sebagai teknologi fermentasi dengan bakteri asam laktat yang ditujukan untuk mengawetkan pakan.

Melihat perkembangan dunia peternakan, dengan program pemerintah menurunkan stunting dan minum susu, populasi ternak terutama ruminansia diprediksi akan meningkat sehingga kebutuhan pakan terutama hijauan akan meningkat pula.

“Pakan fermentasi memiliki banyak manfaat, selain awet, praktis dalam proses pemberian serta manfaat fungsional lainnya,” kata Tri Anggraeni Kusumastuti, Selasa (12/11/2024). 

Dijelaskan, fungsional tambahan pakan fermentasi adalah metabolit yang dihasilkan selama proses fermentasi dengan memberikan efek positif sekaligus memperbaiki morfologi saluran cerna dan meningkatkan sistem imun.

“Kita tahu beberapa referensi menunjukkan pakan fermentasi meningkatkan palatabilitas dan kecernaan pakan, meningkatkan pertambahan bobot badan sapi, serta menurunkan emisi metana dari ternak ruminansia,” katanya.

Komoditas Strategis

Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (DPP HPDKI), Yudi Guntara Noor, menegaskan ternak ruminansia kecil saat ini perlu terus didorong untuk menjadi komoditas strategis.

“Selama ini pemerintah lebih banyak fokus pada pengembangan unggas, sapi potong dan perah. Ruminansia kecil seperti domba dan kambing belum menjadi komoditas strategis,” katanya.

Yudi menambahkan keberadaan ruminansia kecil memiliki posisi strategis apalagi jika dikaitkan dengan 17 tujuan SDGs, seperti tanpa kemiskinan, pengentasan kelaparan, kesetaraan gender, kesehatan, maupun pendidikan berkualitas. Keberadaannya juga sangat bermanfaat di masyarakat pedesaan.

Diakui Yudi, untuk mengembangkan ruminansia kecil kambing dan domba tidak mudah. Beberapa langkah sudah dilakukan mulai dari pengembangan pasar, inklusi keuangan melalui KUR serta introduksi genetik dan persilangan dengan domba Dorper.