Kampus
01 Maret, 2022 21:33 WIB
Penulis:Fathul Muin
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, MALANG— Ragil Efendi dan Muhammad Nur Cahyo Efendi Firdaus, mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan (FIKES) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) meraih juara 3 dalam Lomba Esai Nasional yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIKES Panrita Husada Bulukumba (PHB) pada akhir Februari lalu. Esai tersebut berawal dari gagasan untuk membuat Aplikasi Rehabilitasi Diabetes Melitus.
Mewakili kelompok, Ragil Efendi mengatakan semua berawal dari keinginan untuk mengembangkan kapasitas diri sebagai mahasiswa. Didukung dengan lingkungan yang kompetitif, hal itu diyakini akan membentuk mental dan keilmuan yang baik bagi mahasiswa untuk mencetuskan ide yang menarik dipahami.
“Gagasannya berawal dari semakin tingginya angka pasien Diabetes Melitus, apalagi melihat rentang waktu penyembuhan yang cukup panjang," kata Ragil, Selasa (1/3/2022).
Diabetes Melitus, lanjut Ragil, pada dasarnya disebabkan oleh pola hidup yang tidak teratur serta manajemen stres yang minim. Hal inilah yang mendorong Ragil dan rekannya untuk menuangkan gagasannya untuk menciptakan aplikasi Rehabilitas Diabetes Melitus, secara tertulis.
"Selain untuk menekan angka penderita penyakit ini, aplikasi buatan kami juga berusaha untuk mencegah orang-orang terkena dan mengidap Diabetes," ucapnya.
Menurut Ragil, aplikasi tersebut nantinya akan dilengkapi dengan beragam fitur bermanfaat seperti fitur Edukasi yang akan memberikan pemahaman dan pengetahuan ,seperti gejala dan penanganannya. Lalu, fitur Aktivitasku yang menyarankan aktivitas olahraga guna mengurangi kadar gula dalam tubuh.
Kemudian, ada fitur Minum Obatku yang mengingatkan pengguna kapan waktu untuk meminum obat.
"Terakhir, yakni fitur Konsultasi yang memberikan pelayanan bagi pengguna jika ingin berkonsultasi dan mendapat rekomendasi dari dokter atau ahli gizi terdekat," ucapnya.
Ragil mengakui tidak mudah merealisasikan gagasan tersebut menjadi sebuah esai. Kekompakan tim cukup sulit diwujudkan. Hal itu terjadi karena ia dan rekannya sering berbeda pendapat. Masing-masing memiliki opini dan gagasan sendiri.
Beruntung, keduanya mampu menahan ego masing-masing dan mampu menjadikannya sebagai sebuah gagasan menarik. Kurangnya referensi dan pemahaman pembuatan aplikasi juga menjadi kendala tersendiri bagi mereka berdua.
Ragil, mahasiswa asli Dampit, Kabupaten Malang, berharap bisa menelurkan ide dan karya yang lain. Bukan hanya karya yang bermanfaat bagi dirinya saja, tapi juga mampu memberikan manfaat di tengah masyarakat.
Karena itu, Ragil tidak pernah menutup pintu untuk belajar. Ia terus engembangkan potensi terbaiknya di masa depan. "Saya tentu ingin sekali merealisasikan aplikasi ini dengan belajar coding dan alat pembuat aplikasi lainnya. Semoga bisa menjadi titik terang bagi para penderita diabetes," ujarnya.
Bagikan