EduBocil
14 Desember, 2021 20:32 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JAKARTA – Peran guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam mengatasi stunting, ternyata tak dapat dipandang remeh. Jika guru PAUD memiliki pengetahuan yang memadai tentang stunting, maka guru tersebut bisa memberikan edukasi kepada orang tua siswa dan juga siswa itu sendiri.
Rektor Universitas YARSI Fasli Jalal mengatakan, peran guru PAUD sangat penting untuk memastikan siswanya sehat dan bisa mengikuti pelajaran di kelas dengan baik tanpa tertinggal.
“Kalau mereka berilmu maka akan didengar dengan baik. Para guru PAUD ini adalah orang-orang di garda terdepan karena mereka tak hanya mendidik dalam mata pelajaran tapi juga memberikan edukasi tentang kesehatan dan gizi agar stimulasi anak menjadi maksimal,” ujar Fasli dalam Webinar Selasa Seru Semangat Berbagi Ilmu dengan tema “Peran Guru PAUD dan Praktik Baik dalam Program Penurunan Stunting” yang digelar Direktorat GTK PAUD Kemdikbudristek, Selasa (14/12/2021).
Stunting, lanjut Fasli, tak hanya perkara tinggi badan yang kurang atau biasa disebut kerdil. Stunting jauh lebih kompleks karena seorang anak yang mengalami stunting juga bisa terkena beragam penyakit degeneratif yang tentunya akan mempengaruhi tumbuh kembangnya.
“Anak stunting bukan karena faktor genetik tapi karena faktor lingkungan dan nutrisi yang tidak memadai sehingga dia menjadi kekurangan gizi,” ujar Wakil Menteri Pendidikan Nasional era Presiden SBY ini.
Lebih lanjut dipaparkan Fasli, pemantauan utama dalam diri seorang anak adalah saat 1000 hari kehidupan. Masa-masa ini merupakan masa yang harus diperhatikan agar segala kebutuhan gizi dan lingkungan yang layak tercukupi seperti sarana air bersih, lingkungan yang bersih.
“Kita nilai sejak dari awal kehamilan. Dari 4,8 juta ibu melahirkan di Indonesia, 22 persen bayi lahir stunting, mereka memiliki berat di bawah 2,5 kilogram dan memiliki panjang badan di bawah 47 centimeter. Dalam menghadapi kasus stunting, kita semua jangan menyerah dan harus terus menstimulasi gizi mereka,” tutur Fasli.
Target 14 Persen
Koordinator Pokja Peduli Kasih Isniyati Sulistiani yang juga Analis Kebijakan Ahli Madya Kemendikbudristek mengungkapkan, angka prevalensi stunting di Indonesia mencapai 27,7 persen. Angka ini akan terus ditekan hingga tahun 2024 mendatang hingga mencapai 14 persen.
“Tersisa tiga tahun untuk mencapai angka 14 persen ini tapi semoga bisa tercapai. Kami terus menggalakkkan berbagai program untuk menekan angka stunting secara lintas sektoral,” ujar Isniyati.
Pengendalian kasus stunting juga dilakukan di Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Guru TKIT Taamasa Aryayu Enny Wahyu mengatakan, di Kabupaten Sumbawa memiliki Tim Konvergensi yang terdiri dari dinas-dinas dimana mereka juga berperan untuk penurunan kasus stunting melalui alokasi anggaran yang ditujukan untuk pemberantasan stunting.
“Kami juga memiliki program Bunda PAUD Bergerak yang melakukan penanam daun kelor dan anak-anak PAUD pun digalakkan untuk memakan daun kelor ini. Seperti kita ketahui daun kelor memiliki banyak zat gizi yang diperlukan oleh tubuh,” tutur Aryayu. Bhakti
Bagikan
EduBocil
5 jam yang lalu