Kolaborasi dengan Korea dan Dubai, FTI UJAY Hadirkan Pusat Studi Blockchain

28 April, 2025 21:16 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

28042025-UAJY Pusat studi blokchain.png
Sebanyak 13 dosen FTI UAJY mengikuti Training of Trainer (ToT) yang diselenggarakan FTI UAJY bersama Indonesia Blockchain Center dan EQBR Korea. Pelatihan yang berakhir pada Sabtu (27/4/2025) mengawali rintisan kelahiran Pusat Studi Blockchain yang pertama di Yogyakarta. (EDUWARA/Dok. UAJY)

Eduwara.com, JOGJA – Bekerja sama dengan EQBR Korea dan Indonesia Blockchain Center, Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) merintis kelahiran Pusat Studi Blockchain pertama di Yogyakarta. Ini merupakan perwujudan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang dilakukan pada Januari lalu.

Rintisan Pusat Studi Blockchain di UAJY diawali dengan Training of Trainer (ToT) yang diikuti 13 dosen FTI. Pelatihan ini diselenggarakan bersama Indonesia Blockchain Center dan berakhir pada Sabtu (27/4/2025).

Dekan FTI UAJY, Parama Kartika Dewa, mengatakan keterlibatan dosen dalam pelatihan ini nantinya dapat menjadi trainer bagi mahasiswa. Sehingga, transfer ilmu terkait teknologi blockchain dapat berlangsung secara berkelanjutan di lingkungan kampus.

"Pusat Studi Blockchain ini bukan hanya untuk mengikuti tren, tapi untuk membangun keunggulan kompetitif mahasiswa kami. Ini akan mengangkat kualitas lulusan Atma Jaya ke level nasional dan internasional,” ujar Parama, dilansir Senin (28/4/2025).

Parama menegaskan pelatihan ini merupakan komitmen FTI UAJY bersama Indonesia Blockchain Center untuk menyebarkan pemahaman teknologi blockchain, termasuk menuju tahap sertifikasi mahasiswa.

"Saya berharap ilmu yang telah diterima para dosen dapat diterapkan dan diimplementasikan kepada seluruh mahasiswa di program studi yang ada di FTI UAJY,” paparnya.

Kepercayaan

Wakili EQBR Korea, Jinsu Han menerangkan perusahaannya yang berasal dari Korea Selatan sepenuhnya ingin berfokus pada pengembangan infrastruktur Web3.

“Kami meyakini teknologi blockchain mampu membangun kepercayaan, khususnya bagi perusahaan rintisan di Asia, yang sering menghadapi tantangan dalam membuktikan kredibilitasnya di tengah persaingan global,” ujarnya.

Karenanya, lanjut Jinsu Han, pihaknya ingin berbagi pengetahuan mengenai blockchain kepada mahasiswa Indonesia, agar dapat mengembangkan ide-ide menjadi layanan komersial nyata melalui teknologi Web3 dan blockchain.

Co-Founder sekaligus Direktur GreenX dan Indonesia Blockchain Center, Tam Pak Yin Philip, sebagai pemateri membagikan pengalamannya pada beberapa proyek nyata yang pernah ia tangani. Ia berharap hal ini dapat memberikan gambaran kepada para dosen mengenai cara kerja blockchain dan Web3.

"Saya harap studi kasus semacam ini dapat memberikan kesempatan bagi mereka untuk melihat kasus secara nyata," ujarnya.

Salah satu proyeknya, Aetherium, adalah usaha untuk menggabungkan kecerdasan buatan dengan hiburan musik serta memanfaatkan teknologi blockchain untuk melakukan sebuah pertunjukan.

Direktur Utama Indonesia Blockchain Center, Hambali, mengatakan Blockchain adalah masa depan. Dengan berdirinya Pusat Studi Blockchain ini, Yogyakarta resmi menjadi pionir transformasi digital berbasis blockchain di Indonesia.