Kota Yogyakarta Susun Roadmap Program ‘One Village One Sister University’

18 November, 2025 07:34 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

16112025-YK One Village One Sister.jpg
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menekankan pentingnya peran riset dan pengabdian masyarakat dari institusi pendidikan tinggi dalam menyelesaikan persoalan krusial di Kota Yogyakarta, khususnya masalah persampahan. (EDUWARA/Dok/ Humas Pemkot Yogyakarta)

Eduwara.com, JOGJA – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta tengah menyusun peta jalan (roadmap) program ‘One Village One Sister University’. Program ini dirancang untuk mengajak perguruan tinggi berkolaborasi dengan 169 kampung di kota tersebut guna memperkuat riset dan penerapan teknologi tepat guna dalam mendukung terciptanya kota yang bersih, berkelanjutan, dan berkualitas dari sisi sumber daya manusia (SDM).

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menekankan pentingnya peran riset dan pengabdian masyarakat dari institusi pendidikan tinggi dalam menyelesaikan persoalan krusial di kota, khususnya masalah persampahan.

"Peran riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan kualitas SDM serta menyelesaikan persoalan sampah di Kota Yogyakarta sangatlah penting," kata Hasto, dikutip Senin (17/11/2025).

Melalui program ini, Pemkot mengintegrasikan tema pendampingan perguruan tinggi untuk mengatasi isu prioritas, yakni kebersihan lingkungan (persampahan), pendidikan, serta pengembangan ekonomi sesuai potensi lokal masing-masing kampung.

"Riset dan inovasi penting untuk menyelesaikan masalah. Tema utama adalah kebersihan lingkungan soal sampah, kemudian pendidikan, serta ekonomi sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing kampung," ujarnya.

Program ini juga menjadi bagian dari upaya rekonstruksi sosial penanganan sampah melalui gerakan ‘Masyarakat Jogja Olah Sampah (Mas JOS)’ untuk mengubah perilaku masyarakat dalam memilah dan mengolah sampah dari hulu. 

Januari 2026

Hasto juga mengungkapkan tentang urgensi masalah ini, mengingat Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan tidak dapat lagi menampung sampah mulai Januari 2026.

"Dari total 300 ton sampah harian, Kota Yogyakarta baru mampu mengolah sekitar 190 ton. Sisanya masih dikirim ke Piyungan. Mulai Januari 2026, Piyungan tidak bisa lagi menampung. Waktu kami tinggal satu setengah bulan. Sampah hari ini harus selesai hari ini. Perubahan perilaku warga, kuncinya!” tegas Hasto sembari menekankan bahwa pengabdian masyarakat harus memberikan dampak nyata.

Ajakan Pemkot Yogyakarta ini disambut baik oleh berbagai perguruan tinggi. Rektor Institut Teknologi Nasional Yogyakarta (ITNY), Setyo Pambudi, menyampaikan komitmen kampusnya untuk berkontribusi nyata.

“Kehadiran perguruan tinggi juga menjadi aspek pentingnya riset, penelitian, dan optimalisasi pengabdian kepada masyarakat sebagai pilar perguruan tinggi,” ujarnya.

Setyo menekankan kampus tidak hanya menghasilkan ilmu pengetahuan, tetapi juga harus memberi dampak signifikan bagi masyarakat dan lingkungan.

Dukungan serupa datang dari Koordinator Pengabdian Kepada Masyarakat Program Studi Magister Hukum Universitas Pamulang (Unpam), Dodi Sugianto. Tim mahasiswa Magister Hukum Unpam saat ini tengah menjalankan program pengabdian di Kota Yogyakarta berupa edukasi hukum terkait bahaya penyalahgunaan obat-obatan dan narkotika, dengan tema ‘Kenali Hukumnya, Jaga Sehatnya’.

Dodi berharap program ini dapat membangun kesadaran hukum masyarakat dan mendukung visi ‘zero narkoba’ di kota ikonik tersebut.

"Ini menjadi dukungan kami pada program 'One Village One Sister University' dan 'One Village One Sister Corporate/Company' yang digagas Wali Kota Hasto. ada 16 mahasiswa Unpam yang terlibat dalam kegiatan tersebut,” tutupnya.