Mahasiswa UKDW Raih Juara 2 SPARK Telkomsel 2025 – Datathon Competition

19 Februari, 2025 22:24 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

19022025-UKDW juara spark.jpg
Tim mahasiswa Prodi Informatika UKDW Yogyakarta yang terdiri dari Nicholas Tanugroho, Andi Putrayana, dan Angela Sekar Widelia berhasil meraih Juara 2 dalam ajang SPARK Telkomsel 2025 – Datathon Competition, yang dilaksanakan di ITB, Sabtu (15/2/2015). (EDUWARA/Dok. UKDW)

Eduwara.com, JOGJA -- Tim mahasiswa Program Studi (Prodi) Informatika Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta berhasil meraih Juara 2 dalam ajang SPARK Telkomsel 2025 – Datathon Competition. 

SPARK atau Scientific Performance and Research Knowledge Telkomsel 2025 – Datathon Competition merupakan kompetisi yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Elektroteknik Institut Teknologi Bandung (HME ITB) dengan dukungan dari Ikatan Alumni Elektro ITB (IAE ITB), PT Bangunindo Teknusa Jaya, Google, dan Telkomsel.

SPARK Telkomsel 2025 – Datathon Competition diikuti oleh 768 peserta yang terbagi dalam 218 kelompok dari 41 universitas swasta dan 53 universitas negeri yang tersebar dari seluruh Indonesia. 

Kompetisi ini hadir sebagai wadah inovasi teknologi yang mendorong pengembangan solusi berbasis teknologi digital, khususnya di bidang kecerdasan buatan, dengan fokus pada penyelesaian permasalahan umum melalui pemanfaatan data secara optimal. 

SPARK Telkomsel 2025 – Datathon Competition ini tidak hanya mencari teknologi yang canggih, tetapi juga menitikberatkan pada solusi yang mampu memberikan dampak nyata bagi masyarakat serta mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia.

Tim mahasiswa UKDW terdiri dari Nicholas Tanugroho, Andi Putrayana, dan Angela Sekar Widelia. Tim yang berhasil menjadi Juara 2 dalam ajang tersebut, mengembangkan sebuah aplikasi untuk membantu meningkatkan efisiensi dan akurasi kerja tenaga pengkodean ICD-10 di Indonesia. Aplikasi ini merupakan sebuah sistem penggolongan penyakit dan masalah kesehatan yang disusun berdasarkan sistem kategori. 

Kode ICD-10

Nicholas menyebutkan saat ini Indonesia menghadapi tantangan berupa kekurangan SDM pengkodean ICD-10, hasil pengkodean yang kurang lengkap, serta kurangnya pedoman dalam penggunaan istilah medis terutama ICD-10. Padahal, kode ICD-10 memegang peranan penting dalam proses klaim BPJS Kesehatan dan rujukan pasien ke spesialis. 

Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menargetkan pelatihan bagi 1800 tenaga pengkodean klinis pada tahun 2025. 

“Oleh karena itu, kami mengembangkan solusi berbasis artificial intelligence (AI) yang inovatif dan implementatif untuk membantu usaha pemerintah dalam mengatasi masalah tenaga pengkodean klinis,” terangnya. 

Dalam pengembangan solusi ini, lanjut Nicholas, peserta kompetisi juga diwajibkan untuk memanfaatkan platform Bliv yang dikembangkan oleh PT Bangunindo Teknusa Jaya dan Vertex AI oleh Google Cloud. 

Andi menambahkan kompetisi tersebut diawali dengan pengumpulan proposal ide pada 17 Desember 2024 hingga 9 Januari 2025. Delapan tim terbaik yang lolos ke babak final mendapatkan kesempatan untuk menghadiri sesi mentoring oleh PT Bangunindo Teknusa Jaya dan Google Cloud Indonesia, untuk mendukung implementasi dalam pengerjaan karya peserta.

“Babak final dilaksanakan pada 15 Februari 2025 di Aula Timur ITB, yang mencakup presentasi final dan pameran hasil karya masing-masing peserta,” katanya.

Angela turut menambahkan, jika selain berkompetisi dan memperdalam ilmu di bidang machine learning, tim mahasiswa UKDW juga mendapat pengalaman berharga yang tak terlupakan dan serta kesempatan untuk memperluas jaringan profesional. 

“Kami berharap pengalaman ini dapat mendorong antusiasme mahasiswa UKDW untuk lebih aktif terlibat dalam kompetisi di masa depan, sekaligus meningkatkan citra universitas sebagai institusi yang mendukung pengembangan inovasi teknologi dan kompetensi mahasiswa,” pungkasnya.