Makin Diminati, Ini Tantangan Pendidikan Vokasi

23 Oktober, 2021 05:07 WIB

Penulis:Bunga NurSY

Editor:Bunga NurSY

vokasi ilustrasi 2.jfif
Ilustrasi Kegiatan Vokasi (Eduwara/Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi)

Eduwara.com, BALIKPAPAN – Di tengah meningkatnya animo masyarakat terhadap pendidikan vokasi, masih ada sejumlah tantangan yang masih membayanginya.

Sebagaimana diketahui, dalam riset bertajuk Survei Ketertarikan Masyarakat terhadap Pendidikan Vokasi yang diselenggarakan oleh MarkPlus, Inc pada April 2021 disebutkan bahwa mayoritas responden tertarik untuk melanjutkan pendidikan ke SMK (82,05 persen) dan Pendidikan Tinggi Vokasi (78,6 persen). 

Kendati demikian, Dosen sekaligus Praktisi Pendidikan Vokasi Politeknik Negeri Balikpapan Tuatul Mahfud menegaskan bahwa pegiat pendidikan vokasi masih menghadapi sejumlah tantangan.

Pertama, belum selarasnya kurikulum yang diterapkan dengan kebutuhan industri. “Kadang kala kerja sama yang dijalin [dengan industri] hanya sampai tahap MoU di atas kertas,” katanya saat dihubungi baru-baru ini.

Kedua, menurut Tuatul, adalah pola pikir yang berkembang bahwa lulusan vokasi hanya unggul di bidang teknis alias hard skill, sementara industri menginginkan pekerja yang juga dibekali sotf skill yang mumpuni.

Soft skill yang dimaksud di sini antara lain mental berjuang, pola pikir kreatif, kecakapan berkomunikasi, hingga kepiawaian dalam berkolaborasi.

“Maka dari itu, sekarang ada mata pelajaran atau project khusus di pendidikan vokasi yang berkonsentrasi dalam mengembangkan soft skill tersebut. Sebenarnya dari dulu sudah ada, hanya saja masih bersifat hidden curriculum,” ujar Tuatul.

Terakhir, Tuatul juga menyayangkan tren perguruan tinggi berbasis akademis yang turut membuka program vokasi. 

Menurutnya, proses belajar mengajar di perguruan tinggi berbasis akademis memiliki muatan saintifik lebih banyak. Hal itu berbanding terbalik dengan vokasi, yang condong ke ilmu terapan.

Sebagai latar belakang, responden riset yang dilakukan Markplus Inc. tersebut terdiri dari 500 responden, yang mencakup peserta didik SMK, peserta didik SMA, orang tua SMK, dan orang tua SMA.

Faktor ketertarikan terbesar terhadap SMK dipengaruhi oleh prospek kerja yang dinilai bagus (57,8 persen) dan pilihan jurusan yang banyak (51,95 persen). Sementara itu, faktor ketertarikan terbesar terhadap Pendidikan Tinggi Vokasi dipengaruhi oleh prospek kerja yang bagus (68,7 persen), studi yang singkat (46,1 persen), dan dinilai dapat langsung bekerja setelah lulus (41,7 persen).