Kampus
21 Juni, 2025 00:43 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JOGJA – Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta meluncurkan berbagai program strategis sebagai upaya menuju World Class University. Salah satunya dilakukan dengan mengundang pakar digital dan Artificial Intelligence dari Seoul National University dalam kuliah umum terbuka, Jumat (20/6/2025) siang.
Rektor ISI Yogyakarta, Irwandi, menerangkan kuliah umum kali ini akan mengupas tentang pemanfaatan teknologi digital dan Artificial Intelligence (AI) dalam seni.
“Kami meminta mereka membagikan pengalaman dalam berdampingan dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi tersebut di dunia seni, khususnya melalui College of Fine Arts,” katanya.
Irwandi tidak menampik, saat ini perkembangan AI sangat tidak bisa diabaikan. ISI Yogyakarta berkeinginan untuk melihat bagaimana respon dan proses adaptasi harus diperlihatkan untuk memanfaatkan AI dalam mengembangkan seni.
Seoul National University dipilih karena mampu menggambarkan dengan seksama bagaimana Korea Selatan memimpin dalam peradaban dunia, khususnya dalam bidang seni dan budaya.
“Lihat saja bagaimana mereka mengembangkan budaya populer seperti K-pop, yang mendunia. Kami memandang Korsel sebagai referensi penting dalam menyikapi perkembangan AI, khususnya dalam konteks seni,” jelas Irwan.
Kode Etik
Dengan perkembangan yang sangat pesat, pemahaman yang mendalam mengenai AI akan menjadi momentum menunjukkan perbedaan mendasar antara manusia dan mesin. Dengan ide, perasaan, intuisi dan hal-hal menarik lainnya, manusia akan mampu mempergunakan AI dalam mewujudkan karya seni.
“Kalau kita tidak mau tergilas oleh kemajuan teknologi, kita harus mampu beradaptasi dan pada saat yang sama membangun kode etik bersama dalam penggunaan AI. Saat ini, AI sudah digunakan dalam iklan, desain, bahkan produksi konten kreatif. Maka, kita harus memikirkan kembali fokus dan konsentrasi kita sebagai seniman,” paparnya.
Salah satu hal yang menarik, menurut Irwan, dari fakta sejarah Korsel yang meraih kemerdekaannya dua hari setelah Indonesia, namun mampu melompat jauh ke masa depan dalam banyak aspek. Bahkan Jepang pun mulai merasa tertantang oleh kemajuan mereka.
“Selain itu, ini juga menjadi kesempatan untuk memperdalam jaringan kerja sama antara ISI Yogyakarta dan Seoul National University, misalnya melalui program pertukaran mahasiswa,” lanjutnya.
Program pertukaran mahasiswa selama dua semester di Korsel ini akan semakin menambah pengalaman pendidikan. Ke depan, pola seperti ini akan terus diperkuat agar lebih banyak mahasiswa bisa memperoleh kesempatan serupa.
Kuliah terbuka ini bertajuk ‘Artistic Creation in the Age of Artificial Intelligence; Perspective and Adaptations in Kores Art Scholl’. Lima profesor dari Seoul National University yang menjadi pembicara, yaitu Eujohol Jung, Inho Cho, Josung Park. Bongki Min, dan Jonggeon Lee.
Bagikan