OJK Malang Terus Dorong Literasi Keuangan Masyarakat

03 November, 2021 09:15 WIB

Penulis:Redaksi

Editor:Adnyana

DSC06429.jpg
Kepala OJK Perwakilan Malang Sugiarto menegaskan sosialisasi & edukasi finansial perlu ditingkatkan supaya masyarakat tidak gampang terjebak dalam pinjol ilegal

Eduwara.com, BATU—Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Perwakilan  Malang terus berupaya mendorong peningkatan literasi keuangan masyarakat agar mereka bisa lebih baik  dalam menggunakan produk jasa  keuangan formal serta tidak terjerat pada praktik investasi bodong maupun pinjol ilegal.

Kepala OJK Malang, Sugiarto, mengatakan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan yang dilaksanakan OJK pada 2019 menyimpulkan sebesar 76,19% respon dari total responden telah menggunakan produk dan/atau layanan jasa keuangan formal di berbagai industri keuangan formal.

"Di sisi lain, tingkat pemahaman masyarakat terhadap produk dan/atau layanan jasa keuangan formal relatif rendah, yakni hanya 38,03%," katanya pada Bulan Inklusi Keuangan, di Batu, Selasa (2/11).

Dari data tersebut, kata dia, dapat disimpulkan bahwa masyarakat masih perlu ditingkatkan literasi keuangannya sehingga dapat semakin mendorong penggunaan produk dan/atau layanan jasa keuangan.

Hasil Survei Financial Inclusion Insight 2020 yang dilakukan Dewan Nasional Keuangan Inklusif, dia menegaskan, menunjukkan bahwa tingkat inklusi keuangan atau penggunaan produk dan/atau layanan yang disediakan lembaga jasa keuangan sebesar 81,4%, meningkat dibandingkan hasil survei pada 2019 oleh OJK.

Wali Kota Malang, Sutiaji, mengingatkan tingginya angka inklusi keuangan harus dibarengi pula dengan tingginya angka literasinya sehingga manfaatnya dalam upaya mensejahterakan masyarakat bisa berhasil.

Dia menilai, tingginya angka inklusi keuangan saat ini sangat ditunjang karena adanya kebijakan pemerintah dalam berbagai program seperti bantuan langsung tunai yang mensyaratkan kepemilikan rekening bagi keluarga penerima manfaat.

Edukasi

Tingginya angka inklusi keuangan yang tidak dibarengi dengan tingginya angka literasi keuangan, dia menilai, akan menyisakan permasalahan.

Dia mencontohkan, merebaknya kasus investasi bodong dan terjeratnya masyarakat pada praktik pinjol ilegal karena faktor masih rendahnya literasi masyarakat terhadap produk dan/atau layanan jasa keuangan.

Kasus lain, ada salah seorang yang melapor kepada dirinya karena telah menjadi korban investasi bodong. Praktiknya, yang bersangkutan diminta menyetor uang Rp200 juta sebagai investasi.

Pada bulan-bulan pertama, yang bersangkutan memperoleh imbal hasil keuntungan berinvestasi dengan nominal yang lumayan besar. Namun pada bulan-bulan berikutnya, dia tidak lagi menerima  bagi hasil keuntungan, bahkan dananya pun raib, tidak jelas rimbanya.

"Masalah-masalah seperti itu perlu menjadi perhatian kita bersama, yakni memberikan literasi keuangan secara baik kepada masyarakat secara luas," ujarnya.

Sugiarto menegaskan, OJK Malang terus berupaya meningkatkan angka literasi keuangan kepada masyarakat melalui berbagai edukasi dan sosialisasi. Salah satu bentuknya, kegiatan Bulan Inklusi Keuangan.

OJK juga berupaya mempercepat transformasi digital di sektor keuangan mengingat kebutuhan masyarakat terhadap produk dan jasa keuangan berbasis teknologi yang semakin tinggi, serta kebutuhan program pemerintah dalam membantu sektor UMKM dan sektor informal yang membutuhkan teknologi informasi, terutama bagi masyarakat.

Digital Financial Literacy, kata dia, merupakan kurikulum yang disiapkan OJK melalui media buku, e-book, video animasi, permainan interaktif, serta bentuk edukasi lainnya dalam rangka mendukung peningkatan pertumbuhan angka literasi dan inklusi keuangan berkelanjutan.(Fathul Muin)