Pemahaman Kesehatan Reproduksi, Fondasi Membentuk Karakter dan Masa Depan Remaja

02 Desember, 2025 01:31 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

01122025-UNAIC kesehatan reproduksi.jpg
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UNAIC, Pri Hastuti, bersama anggota Karang Taruna Desa Pendowoharjo, Bantul, usai memberikan Penyuluhan Posyandu Remaja, di Desa Pendowoharjo, Bantul, Minggu (30/11/2025). Pri Hastuti menekankan pentingnya edukasi kesehatan reproduksi bagi remaja untuk mencegah pernikahan dini serta membangun kesehatan fisik, mental, dan sosial yang kuat. (EDUWARA/Dok. Karang Taruna Pendowoharjo Bantul)

Eduwara.com, JOGJA – Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Al-Irsyad Cilacap (UNAIC), Pri Hastuti, menekankan pentingnya edukasi kesehatan reproduksi bagi remaja untuk mencegah pernikahan dini serta membangun kesehatan fisik, mental, dan sosial yang kuat.

Hal ini disampaikannya dalam Penyuluhan Posyandu Remaja di Karang Taruna Desa Pendowoharjo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (30/11/2025).

Dalam paparannya, Pri Hastuti mengingatkan bahaya signifikan dari pernikahan dan kehamilan di usia muda, terutama sebelum usia 20 tahun. Menurutnya, tubuh remaja, baik secara biologis maupun psikologis, belum siap untuk menjalani peran tersebut, yang meningkatkan risiko komplikasi medis.

“Kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun memiliki risiko yang jauh lebih tinggi, mulai dari preeklamsia, persalinan macet, kelahiran prematur, hingga risiko kematian ibu dan bayi,” jelas Pri Hastuti, seperti dikutip Senin (1/12/2025).

Ia juga menyoroti data nasional, di mana sekitar 11 persen perempuan usia 20–24 tahun di Indonesia pernah menikah sebelum usia 18 tahun, dan angka dispensasi nikah masih tergolong tinggi.

Masa Depan

Pri Hastuti, yang juga pendiri Athahira Group, mengajak remaja untuk memahami proses pubertas, perubahan hormon, siklus menstruasi, serta risiko penyakit menular seksual.

Lebih lanjut, Pri Hastuti menegaskan bahwa pemahaman kesehatan reproduksi memiliki spektrum yang lebih luas daripada sekadar mencegah pernikahan dini. Ini merupakan fondasi penting untuk membentuk karakter dan masa depan remaja Indonesia.

“Keluarga dan lingkungan punya posisi penting dalam membentuk karakter dan masa depan remaja. Indonesia memiliki lebih dari 110 juta remaja sehingga kualitas kesehatan mereka akan sangat menentukan masa depan bangsa,” pesannya.

Selain itu, persoalan stunting juga menjadi perhatian. Pri Hastuti mengaitkan pencegahan stunting pada anak balita dengan kesehatan calon ibu sejak masa remaja.

“Karena kehamilan itu dipersiapkan sejak menjadi calon ibu, maka remaja mempunyai peran yang penting untuk menjaga kesehatannya agar ketika merencanakan perkawinan nantinya betul-betul siap secara mental, fisik dan kesehatannya,” tutupnya.