Peneliti Bidang Sosial Harus Memiliki Pribadi ‘Kepo’

18 Desember, 2021 05:30 WIB

Penulis:Redaksi

Editor:Ida Gautama

17122021-Unitomo Fikom Berisik.jpg
Dr Siti Nursanti SSos MIKom menyampaikan materi Seputar Penelitian Kualitatif: Pengalaman Penelitian Metode ‘Studi Kasus’ pada Fikom Berisik, Kamis (16/12/2021) ((EDUWARA/Dok. Fikom Unitomo))

Eduwara.com, SURABAYA – Seorang peneliti bidang sosial, khususnya dengan pendekatan metode studi kasus, harus memiliki pribadi yang ‘kepo’. Ia tidak boleh langsung percaya dengan data yang diperoleh di lapangan.

Hal itu dikatakan dosen Universitas Singaperbangsa Karawang, Dr Siti Nursanti SSos MIKom, ketika menjadi pembicara dalam acara Fikom Berisik (Berbincang Asyik), yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya, Kamis (16/12/2021) malam, melalui media zoom.

“Kunci dari penelitian studi kasus bukan dari metodenya, tetapi dari kasus itu sendiri. Pendekatan studi kasus harus dapat menjawab pertanyaan: What, How and Why. Oleh karena itu tujuan penelitian harus jelas,” kata Siti, seperti dikutip dalam rilis yang dikirimkan ke Redaksi Eduwara.com.

Tak hanya itu, menurut Siti, agar suatu penelitian menemukan ujung pangkalnya dan berangkat dari pengalaman riset di lapangan perlu juga ditambahkan poin ke-4 yaitu When agar setiap kasus yang dibedah menemukan titik balik kapan kasus itu terjadi.

Siti menambahkan, pendekatan studi kasus harus dapat menjelaskan dan membedah secara rinci sebuah persoalan. Pendekatan studi kasus juga tidak hanya dilihat dari satu sudut pandang, tetapi bisa dari berbagai pandangan yang berbeda.

“Narasumber dalam penelitian studi kasus bisa berasal dari berbagai elemen, dengan syarat narasumber terlibat secara langsung dalam kasus yang sedang diteliti dan memiliki kemampuan untuk menjelaskan secara rinci terkait kasus tersebut atau narasumber tersebut ahli di bidang kasus itu,” paparnya. 

Fikom Berisik (Berbincang Asyik) merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan Fikom Unitomo setiap dua minggu sekali dengan peserta para mahasiswa Program S1 dan S2. Pada acara tersebut, Siti Nursanti membahas topik Seputar Penelitian Kualitatif: Pengalaman Penelitian Metode ‘Studi Kasus’. Pemantik dalam diskusi adalah dosen Fikom Unitomo Surabaya, Nur’annafi Farni Syam Maella MIKom.

Para mahasiswa terlihat begitu antusias membahas pengalaman penelitian studi kasus. Salah satu ciri khas dari studi kasus adalah kasus yang akan diteliti harus memiliki “keunikan”. Hal menarik lainnya dari studi kasus adalah bisa dilakukan secara multisumber.

Para mahasiswa juga antusias membahas berbagai kasus yang saat ini ramai diperbincangkan, seperti tentang kekerasan seksual. Apalagi pemateri langsung membahas kasus-kasus tersebut dalam pendekatan studi kasus sehingga mahasiswa antusias untuk bisa melakukan penelitian dengan pendekatan studi kasus.

“Apakah narasumber harus orang yang mengalami kasus-nya, mengapa demikian?”tanya salah satu mahasiswa.

Siti menegaskan narusumber jelas harus mengalami kasus agar data yang diberikan dapat dilukiskan secara rinci sehingga pada saat penarikan kesimpulan dapat ditarik sebuah kesimpulan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah lain di kemudian hari. 

Jika demikian, kapan penelitian studi kasus dapat dinyatakan selesai jika si peneliti terus penasaran dan ingin menggali kasus terus-menerus sehingga data yang diperoleh menjadi banyak? 

Menurut Siti Nursanti, jika terjadi hal seperti ini, peneliti harus kembali melihat ke awal tujuan utama penelitian. Jika sudah terjawab maka peneliti dapat memilah data yang dibutuhkan dan menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan guna menjawab tujuan yang telah ditetapkan sejak awal.