Rektor UII Peringatkan Jebakan Neoliberalisme dalam Manajemen Perguruan Tinggi

01 Maret, 2022 15:15 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Bunga NurSY

image (15).png
Rektor UII Yogyakarta Fathul Wahid mengingatkan bahayanya jebakan neoliberal dalam praktik manajemen PT. Pada miladnya ke-79, UII Yogyakarta diminta tidak boleh hilang dari peradaban. (Eduwara/Setyono)

Eduwara.com, JOGJA – Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Fathul Wahid mengingatkan akan bahayanya jebakan neoliberal dalam praktik manajemen perguruan tinggi (PT). Menyambut Miladnya ke-79, UII Yogyakarta diminta tidak boleh hilang dari peradaban.

Hal ini disampaikan Fathul dalam dalam laporan mengenai perkembangan kampus dalam rapat terbuka Senat UII Yogyakarta di Milad ke-79 bertemakan 'Lincah dalam Strategi, Setia Pada Misi' yang digelar secara daring, Selasa (1/3/2022).

"Jebakan ini akan membawa kepada dua perubahan. Pertama, PT akan mengejar menjadi universitas kelas dunia, terutama dalam konteks ukuran metrik yang yang digunakan oleh pemeringkatan universitas global dan produksi tenaga terampil untuk mengisi pasar tenaga kerja," katanya.

Kedua, PT berlomba-lomba mentransformasikan manajemen internal untuk menghasilkan efisiensi dan meningkatkan efektivitas dengan pendekatan korporat. Secara ringkas, ini adalah upaya korporatisasi dan pengamalan manajerialisme (managerialism) yang berpotensi menjauhkan dari misi utama.

Jebakan ini, tanpa disadari menurut Fathul akan mengubah pola pikir kampus yang akan berorientasi sebagai korporat yang hanya memberi layanan riset dan pengajaran. Bukan sebagai lembaga yang fokus pada ikhtiar ilmiah pendidikan tinggi.

Dalam konteks ini, staf administratif dan akademik dipandang sebagai pekerja dan bukan sebagai kolega atau intelektual maupun cendekiawan.

"Selain itu, mahasiswa dianggap sebagai klien atau konsumen yang harus dipuaskan dan bukan mahasiswa yang haus didikan. Rektor dan pejabat teras PT lain difungsikan sebagai manajer korporat dan bukan pemimpin intelektual," katanya.

Aspirasi menjadi kampus kelas dunia yang ditandai dengan beragam pemeringkatan juga tidak kalis dari jebakan neoliberalisme. Jika ingin menjaga idealismenya, UII Yogyakarta sudah seharusnya tidak menempatkan pemeringkatan kampus sebagai tujuan, tetapi hanya sebagai dampak samping karena kita mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik. "UII Yogyakarta seharusnya berfokus pada pertumbuhan substantif yang sejalan dengan misinya, dan tidak justru disilaukan oleh pembangunan citra," paparnya.

Selama pademi pada 2021, UII Yogyakarta telah memberikan potongan SPP sebesar Rp60,79 miliar. Nominal ini lebih besar dibandingkan 2020 sebesar Rp26,92 miliar. Pada 2022 ini pun, potongan yang sudah diberikan sebesar Rp14,29 miliar.

"Secara keseluruhan, UII Yogyakarta telah memberikan potongan SPP sebesar Rp102,01 miliar. Ini adalah ikhtiar kami sebagai bentuk empati kepada yang terdampak dan juga sekaligus untuk merawat cita-cita para mahasiswa agar tidak kandas karena pandemi," katanya.

Dalam paparannya sepanjang 57 halaman, Fathul menjelaskan rangkaian prestasi yang telah ditorehkan selama 2021 lewat tiga sub tema utama yang penguatan nilai keislaman dan kebangsaan, penjulangan cabang memajukan inovasi berkelanjutan dan pelebatan buah meningkatkan manfaat serta dampak.

Ketua Yayasan Badan Wakaf UII Yogyakarta Suwarsono Muhammad, berharap di usianya yang ke 79 tahun. UII harus terus dipertahankan agar berkelanjutan. Meskipun kedepan tantangan yang dihadapi tidaklah mudah.