Research Day Fakultas Biologi UGM, Langkah Strategis Mengarusutamakan Sains dengan Sentuhan Seni

04 Desember, 2025 00:34 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

04122025-UGM Research Day.jpg
Para pengunjung tengah mengamati materi yang ditampilkan dalam ‘Research Day’ di Auditorium Fakultas Biologi UGM. Research Day, yang diselenggarakan Fakultas Biologi UGM pada Kamis-Sabtu (27–29/11/2025), mengusung tema ‘Roots to Radiance: Bridging the Beauty of Science and the Theory of Art’, (EDUWARA/Dok. UGM)

Eduwara.com, JOGJA – Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) baru-baru ini menyelenggarakan kegiatan ‘Research Day’ yang bertujuan mendobrak persepsi sains adalah disiplin ilmu yang kaku. Melalui penggabungan riset ilmiah dengan seni, kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan budaya riset yang kuat di kalangan civitas akademika dan masyarakat luas.

Diselenggarakan pada Kamis-Sabtu (27–29/11/2025) di Auditorium Fakultas Biologi UGM, Research Day menjadi media publikasi komprehensif yang menampilkan hasil riset dosen, program pengabdian masyarakat, dan karya seni yang dihasilkan dari rangkaian workshop.

Mengangkat tema ‘Roots to Radiance: Bridging the Beauty of Science and the Theory of Art’, secara unik kegiatan pada tahun ini mempertemukan poster penelitian, program pengabdian, dan pameran Botanical Art dalam satu ruang kolaboratif. Pendekatan ini dirancang untuk mengomunikasikan sains secara kreatif, membuatnya lebih mudah diakses dan dinikmati oleh publik.

Dekan Fakultas Biologi UGM, Budi Setiadi Daryono, menekankan bahwa Research Day adalah bagian dari upaya sistematis untuk membangun tradisi ilmiah sejak dini. Ia mengemukakan keprihatinannya bahwa sains di Indonesia masih sering dipandang sebelah mata dan belum sepenuhnya menjadi fondasi kemajuan bangsa.

“Science itu diciptakan bukan semata-mata untuk menghasilkan pekerjaan, tetapi untuk membangun peradaban,” ujarnya pada Rabu (3/12/2025).

Penyelenggaraan Research Day, menurut Budi, adalah langkah strategis untuk mengarusutamakan sains agar lebih menarik dan menginspirasi mahasiswa. Ia berharap atmosfer budaya riset dapat tumbuh subur di UGM, meniru tradisi kuat yang telah mapan di negara-negara maju.

Kolaborasi sains dan seni dinilai krusial dalam upaya ini. “Biologi tanpa seni itu seperti makan nasi tanpa garam. Hambar. Karena seni adalah pembungkus yang dapat membangkitkan rasa ingin tahu,” tambahnya.

Ramah Publik

Wakil Dekan bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama, dan Alumni, Fakultas Biologi UGM, Eko Agus Suyono, sepakat format Research Day efektif sebagai media komunikasi sains yang ramah publik. Selama ini, banyak riset penting hanya berakhir dalam bentuk jurnal atau laporan yang sulit dipahami oleh masyarakat awam.

“Pada Research Day ini, dalam format yang lebih cair, masyarakat bisa menikmati dan lebih mudah memahami hasil riset ilmiah,” ungkapnya.

Kegiatan ini juga diharapkan berfungsi sebagai pintu masuk strategis bagi kemitraan yang lebih luas antara akademisi dengan berbagai pihak, termasuk industri, pemerintah, hingga investor.

Wiko Arif Wibowo, Koordinator Research Day, menjelaskan detail kolaborasi lintas bidang yang dilakukan tahun ini. Pihaknya menggandeng Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) dan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta untuk menyajikan pameran Botanical Art.

“Kalau hanya poster, orang mungkin kurang tertarik. Maka kami beri hiasannya lewat seni Botanical Art,” jelasnya.

Kolaborasi ini menjadi nilai tambah signifikan yang berhasil memantik minat masyarakat untuk datang dan mengenal biologi melalui medium seni yang atraktif. Melalui pendekatan inovatif ini, Research Day 2024 tidak hanya sekadar ajang publikasi, tetapi juga sarana membangun kedekatan antara dunia sains dan masyarakat. 

Fakultas Biologi UGM juga berkomitmen untuk memperkuat ekosistem riset, memperluas jejaring kemitraan, dan mendorong lahirnya inovasi berkelanjutan yang berdampak positif bagi kemajuan bangsa.