Saat Dies Natalis Ke-24, Dosen UWM Pertanyakan Independensi Media

07 Oktober, 2024 21:18 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

07102024-UWM dies natalis.jpg
Ketua Prodi Sosiologi FISIP UWM Yogyakarta, Mukhijab, menyampaikan orasi ilmiah berjudul ‘Kuasa Pemilik Media dalam Menarasikan Demokrasi’ dalam Rapat Senat Terbuka pada puncak Dies Natalis ke-24, di Pendopo Ndalem Mangkubumen Kampus 1 UWM, Senin (7/10/2024). Dalam orasinya, ia mempertanyakan independensi media saat ini. (EDUWARA/Dok. UWM Yogyakarta)

Eduwara.com, JOGJA – Dalam Rapat Senat Terbuka pada puncak Dies Natalis ke-24, Senin (7/10/2024), Ketua Program Studi (Prodi) Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, Mukhijab, mempertanyakan independensi media saat ini.

Berjudul ‘Kuasa Pemilik Media dalam Menarasikan Demokrasi’, orasi yang dibawakan Mukhijab tersebut menghadirkan dua rumusan masalah yang coba dijawab.

“Pertama, bagaimana media menarasikan demokrasi ketika juragan media menjadi aktor politik dan menggunakan media sebagai arena perjuangan politiknya? Kedua, apakah ekspansi politik mereka mendorong surplus demokrasi (demokrasi substansial) atau sebaliknya, meneguhkan minimal demokrasi (defisit demokrasi)?’ katanya.

Mengambil tema besar ‘Mengembangkan Budaya Akademik Menuju Kampus Unggul’, puncak Dies Natalis ke-24 UWM digelar di Pendopo Ndalem Mangkubumen Kampus 1 UWM. Tema besar ini disajikan sebagai komitmen UWM untuk terus maju dan berkembang di tengah tantangan dunia pendidikan yang semakin kompetitif.

Kembali ke orasinya, Mukhijab menjabarkan bagaimana dinamika demokrasi di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, selalu berkelindan dengan peran media.

“Keberadaan media memberikan kontribusi besar tercapainya tiga elemen demokrasi substantif, yaitu transparansi, publisitas, dan akuntabilitas, ketika media dengan kerja jurnalistiknya bebas dan independen dalam menarasikan demokrasi yang sesuai penalaran publik,” ucapnya.

Independensi Media

Menurut Mukhijab, tantangan media dan jurnalisme pada era jurnalisme pasar adalah pemilik media yang independen tidak lagi eksis. Independensi merupakan aset utama perusahaan media dan jurnalisme ketika pemilik bisa mengelola bisnis dan editorial secara bebas dan mandiri.

Mukhijab menyebut dua penyebab hilangnya independensi media. Pertama, konglomerasi media, manajemen operasional media diserahkan kepada manager bayaran, Chief Executive Officer (CEO). Prinsip CEO, maju tak gentar membela yang bayar.

Kedua, pemilik media ekspansi ke arena politik dan sebagian berpolitik praktis. Faktor kedua menjadi materi diskusi, mengacu hasil riset tentang ekspansi pemodal media lokal di Yogyakarta dan kontestasi politik pemilik media dalam Pilkada di Bantul, 1999, 2005, dan 2010.

“Pemodal media dimaksud Idham Samawi, dan istrinya Sri Surya Widati. Idham merupakan bagian dari pemilik KR,” tutupnya.