Safari Ramadan UMM: KH Ahmad Dahlan Bangun RS untuk Perangi Kemusyrikan

10 April, 2022 21:17 WIB

Penulis:Fathul Muin

Editor:Ida Gautama

10042022-UMM Rektor Safari Ramadan.jpg
Rektor UMM, Fauzan, pada Safari Ramadan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (6/4/2022). (EDUWARA/Istimewa)

Eduwara.com, MALANG — KH A Dahlan, pendiri Muhammadiyah, bersikukuh untuk membangun rumah sakit (RS) dengan motivasi, antara lain untuk memerangi kemusyrikan.

Penegasan itu disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Batu, Nurbani Yusuf pada Safari Ramadan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (6/4/2022).

Nurbani sapaan akrabnya menjelaskan, pembangunan RS pada 1920 merupakan hal yang banyak ditentang oleh kaum muslim saat itu. Semua RS di zaman itu adalah milik penjajah Belanda. 

Karena itulah, masyarakat menganggap bahwa RS adalah kebudayaan Eropa dan Kristen. Persepsi yang muncul kala itu, kaum muslim membangun RS maka sama dengan mengikuti ajaran agama lain.

"Pemikiran tersebut berpacu pada HR Abu Daud yang berbunyi barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk darinya," ucapnya.

Oleh karena itu, kata dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UMM tersebut, banyak yang menentang usulan pembangunan RS yang dicanangkan oleh KH Hambali Abu Sujak Ar-Ruslani. Tidak hanya dari luar Muhammadiyah, tetapi dari internal juga. Meski ditentang, KH Ahmad Dahlan tetap teguh mendukung gagasan Kyai Sujak untuk membangun RS.

Keputusan itu tetap diambil karena KH Ahmad Dahlan menilai pembangunan RS merupakan jalan untuk membantu umat dan jihad memerangi kemusyrikan. Gagasan tersebut juga selaras dengan pembangunan badan amal dan sekolah yang sudah Dahlan dirikan. 

Dalam pembangunan badan amal dan sekolah, kata dia, KH Dahlan ingin memberantas kemiskinan dan kebodohan. Muhammadiyah sejak awal selalu mementingkan kepentingan masyarakat, seperti sabda Rasulullah SAW dalam HR Bukhari, sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.

"Dengan meneladani kisah di atas, menumbuhkan jiwa kerelawanan dan dermawan akan membentuk manusia menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitar," ungkap Staf Ahli Pusat Pendidikan Pelatihan dan Kepemimpinan UMM itu.

Rektor UMM, Fauzan, mengatakan Ramadan merupakan waktu yang tepat untuk introspeksi dan perbaikan diri. Seperti kereta yang berhenti di stasiun untuk memeriksa kekurangan-kekurangan yang ada, sebelum kembali melakukan perjalanan panjang. Harapannya, setelah bulan ramadhan sikap dan sifat baik tersebut akan terus terbawa di hari-hari dan bulan-bulan selanjutnya.

"Ketika puasa, tentu banyak larangan yang harus kita patuhi, seperti menahan hawa nafsu, menggunjing dan lain sebagainya. Dengan kita taat pada aturan-aturan selama bulan puasa, hal itu akan membentuk diri kita menjadi pribadi yang disiplin dan membawa kebiasaan baru setelah bulan puasa berakhir," ujarnya.