Kampus
05 Agustus, 2024 17:34 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JOGJA – Usai menggelar pelatihan manajemen dan digital marketing, Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (FE UMBY) mengajak pengelola Wisata Kampung Sawah Durimanis, Imogiri, Bantul melakukan studi banding ke Ledok Sambi Ecopark, Sleman.
Kunjungan yang dilakukan pada Sabtu (3/8/2024) bertujuan untuk belajar tentang tata kelola Ledok Sambi Ecopark yang mampu bertahan 20 tahun menjadi objek wisata unggulan di Sleman.
“Kampung Sawah Durimanis merupakan salah satu dusun binaan program PkM UMBY sejak 2020. Kampung ini mempunyai potensi untuk menjadi desa wisata,” kata Ketua PkM FE UMBY Dorothea Wahyu Ariani, Senin (5/8/2024).
Di Ledok Sambi Ecopark, sebanyak 22 pengurus Wisata Kampung Sawah Durimanis belajar tentang bagaimana selama 20 tahun berjalan Ledok Sambi Ecopark mampu menghadapi dan mengatasi terpaan berbagai gelombang dan tantangan.
Ariani menyebut gempa bumi, gunung meletus, hingga pandemi COVID-19, ternyata semua itu tidak memupus semangat pengelola Ledok Sambi Ecopark dan warga sekitar untuk tetap mengelola wisata alam tersebut.
Media Sosial
Anggota tim PkM FE UMBY, Djaelani Susanto, mengatakan salah satu yang perlu dilakukan pada saat ini untuk tetap mendapatkan perhatian dari wisatawan adalah terus meningkatkan usaha di era digital.
“Promosi melalui media sosial merupakan cara yang paling murah dan paling mudah, sehingga sering-seringlah untuk memposting agar banyak dilihat masyarakat,” pesannya.
Di depan peserta studi banding Kampung Sawah Durimanis, pengelola Ledok Sambi Ecopark, Slamet Riyadi, memaparkan pengalamannya dalam mengelola tempat wisata alam dengan berbagai macam kondisi naik turunnya.
“Semua warga kampung harus terlibat dengan keahliannya masing-masing, sehingga perekonomian kampung setempat meningkat berkat hasil kerja sama,” terangnya.
Sedangkan pengelola Wisata Kampung Sawah Durimanis, Darno, mengapresiasi dan berterima kasih telah difasilitasi dalam kegiatan studi banding.
“Studi banding ini memberikan kesadaran dan membuka wawasan baru bagi pengelola Durimanis untuk terus berproses, bekerja sama dengan kompak, dan terus belajar agar mampu menjadi desa wisata yang survive dalam keadaan apapun,” katanya.
Bagikan