UIN Sunan Kalijaga Jadikan Pengukuhan Guru Besar Ajang Pamer Gagasan Penelitian

12 April, 2023 20:43 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

12042023-Rektor UIN.png
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Al Makin menegaskan tekadnya untuk melaksanakan prosesi pengukuhan Guru Besar secara perorangan atau satu per satu sebagai upaya untuk menampilkan gagasan, daripada selebrasi, atau sekedar perayaan pangkat atau jabatan. (EDUWARA/Dok. UIN Sunan Kalijaga)

Eduwara.com, JOGJA -- Rektor UIN Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta, Al Makin menegaskan tekadnya untuk melaksanakan prosesi pengukuhan Guru Besar secara perorangan atau satu per satu. Langkah ini sebagai upaya untuk menampilkan gagasan, daripada selebrasi, atau sekedar perayaan pangkat atau jabatan.

"Kita ingin publik juga mengetahui perkembangan penelitian di kampus. Kita munculkan penelitian terakhir para Guru Besar di kampus UIN Suka," kata Rektor Al Makin, Rabu (12/4/2023).

Al Makin mengatakan beberapa kampus memilih praktis dengan menampilkan kuantitas, 10 atau lebih Guru Besar dalam satu pengukuhan. UIN Sunan Kalijaga memilih dengan pengukuhan Guru Besar perorangan karena ingin merayakan gagasan dan penelitian satu persatu, sebagai syiar ilmiah yang serius.

"Kampus perlu dakwah ilmiyah. Kampus perlu membagi riset-risetnya dan menerjemahkan supaya mudah dipahami," imbuhnya.

Al Makin berharap UIN Sunan Kalijaga, lewat berbagai penelitian maupun gagasan para akademisinya, bermanfaat untuk bangsa. Keilmuan UIN Sunan Kalijaga juga bermanfaat bagi Indonesia.

UIN Sunan Kalijaga sudah memproduksi 23 Guru Besar selama kepemimpinan Al Makin. Pertumbuhan jurnal dengan sistem Sinta dan Scopus juga telah mendorong dosen menjadi produktif.

Pihaknya berharap, kebijakan pemerintah memberi kebebasan akademik untuk masa depan bangsa sebagaimana Amerika, Singapura, Malaysia, Australia, negara-negara Eropa.

"Di kampus ini terdapat banyak penelitian tentang interfaith yang serius. Ada penelitian tentang etnis hadrami yang serius. Ada filsafat juga. Ada banyak kehidupan yang patut menjadi perhatian di kampus. Itulah gunanya presentasi dan perayaan Guru Besar satu persatu di sini. Jerman maju karena gagasannya, land des ideas," paparnya.

Refleksi Akademik

Pada Senin (10/4/2023), Guru Besar UIN Sunan Kalijaga yang dilantik adalah Fatimah Husein. Ia adalah Guru Besar Bidang Ilmu Filsafat Agama. Orasi ilmiahnya bertajuk 'Ustadzah Ba'alawi dan Kemunculan Otoritas Keagamaan Baru di Ruang Publik Indonesia: Pendekatan Feminist Epistemology'.

Penelitian Guru Besar Fatimah dinilai serius, karena Seiyun dan Tarim Yaman merupakan perjalanan yang penuh arti baginya atau juga perjalanan refleksi akademik.

Kecurigaan pada etnis tertentu seperti China, Arab, India, dan mungkin bule di Indonesia memang masih belum banyak disentuh. Heterogenitas Indonesia masih pada suku dan etnis pribumi, tetapi belum mencakup kelompok seperti di Malaysia, China, India, Tamil, Melayu.

Begitu juga di Singapura dengan sistem multikulturalisme. Indonesia sendiri lebih menganut paham pluralism, artinya percampuran dan asimilasi etnis dan budaya menjadi nyata.

Bangsa ini menjadi Indonesia karena mencampur semua etnis lewat pernikahan, makanan, dan budaya bahkan agama. Malaysia dan Singapura lebih pada pembagian wilayah masing-masing etnis dan budaya. Masing-masing hidup sendiri-sendiri dengan wilayahnya.

Indonesia mencampur etnis China, Arab, Jawa, Sunda, Madura. Nama-nama China menjadi Jawa seperti para bisnismen, politisi, dan pebulutangkis.

"Orang-orang Arab berbahasa Jawa, Sunda, Betawi dan bercampur seperti di Surabaya, Solo, Pekalongan, dan Tanah Abang. Pribumi dan non pribumi sejak awal sudah lebur dan dileburkan. Kita tidak memberi ruang terpisah," tutup Al Makin.