
Bagikan:

Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA - Pendhapa Art Space (PAS) Yogyakarta menggelar pameran bertajuk 'Art Fun PAS Showcase', pada 18-30 Oktober 2025. Pameran, yang merupakan puncak dari program Lokakarya Edukasi ‘Art Fun PAS for Children’ ini menampilkan 150 hasil karya dan imajinasi liar dari anak-anak.
Program ini secara unik memilih seni patung sebagai media pembelajaran, didasari oleh minimnya ruang pendidikan seni tiga dimensi untuk anak di Yogyakarta dan keunggulan patung dalam mengasah kemampuan spasial serta perkembangan anak.
Manajer Program dan Kurator Pameran, Hardiwan Prayogo, menjelaskan filosofi inti dari program yang telah berlangsung dalam sepuluh kali pertemuan, mulai dari Juli hingga Oktober 2025.
"Art Fun PAS for Children adalah ruang di mana kita merenungkan kembali bahwa pendidikan adalah perkara proses, bukan perlombaan adu keterampilan," ujar Yogo, sapaan akrab Hardiwan Prayogo, saat ditemui Selasa (28/10/2025).
Setelah 10 kali pertemuan lokakarya, Yogo mengaku menjumpai keragaman pikiran anak yang luar biasa, mulai dari yang halus, frontal, hingga absurd. Apapun itu, Yogo memastikan 150 patung kreasi anak, yang semua bisa disimak dalam showcase, adalah hal-hal yang pantas dan sangat layak dirayakan.
Seluruh patung yang dipamerkan merupakan hasil workshop tanpa tema khusus, di mana arahannya seringkali sederhana, seperti ‘membuat bulatan’ dan sisanya diserahkan pada proses kreatif anak.
Inklusif
Program 'Art Fun PAS for Children' dirancang secara inklusif, bertujuan mendudukkan anak-anak --termasuk penyandang difabel seperti anak dengan Down Syndrome-- sebagai subjek partisipan aktif. Proses workshop melibatkan kolaborator yang beragam, mulai dari sanggar tari, teman-teman disabilitas, sekolah inklusi, SD negeri, hingga sekolah Islam.
"Kami memang ingin menempatkan seni patung sebagai media belajar untuk anak-anak usia 6-12 tahun," jelasnya.
Yogo menambahkan bahwa program ini ingin mengajak anak melihat seni patung sebagai bagian dari keseharian dan ruang bermainnya, mengingat figur mainan telah menjadi barang wajib dalam tumbuh kembang anak.
Patung juga sebagai medium pendidikan karena minimnya ruang belajar seni patung untuk anak di Yogya, yang umumnya didominasi melukis, menggambar, menyanyi, atau menari. Ada kebutuhan untuk memberi wadah eksplorasi dunia seni tiga dimensi. Selain itu, minimnya pekerja seni patung yang secara khusus fokus pada pendidikan untuk anak.
Setelah pameran ini selesai, Yogo memiliki dua harapan utama, yakni keluar dan ke dalam. Harapan ‘ke dalam’ adalah konsistensi PAS sebagai inisiator program pendidikan seni patung anak. Sementara harapan ‘keluar’ lebih ditujukan kepada orang dewasa dan orang tua.
"Saya malah lebih menempatkannya bukan pada anak-anaknya, tapi pada orang dewasa. Bahwa orang dewasa, orang tua perlu melihat anak-anak itu sebagai sebuah ekspresi yang beragam, sebagai sebuah fase yang sedang tumbuh-kembang," katanya.
Yogo juga berharap, dari patung-patung yang dipamerkan, orang dewasa dapat melihat keragaman bentuk ekspresi anak, dan memberi mereka kesempatan luas untuk mengenal dunia yang sangat beragam.