logo

Sekolah Kita

Dengan Monesa, Pembelajaran Pendidikan Pancasila Jadi Menyenangkan

Dengan Monesa, Pembelajaran Pendidikan Pancasila Jadi Menyenangkan
Siswa SD Negeri Kadiresa, Pajangan, Bantul, sedang bermain ‘Monopoli Negaraku Indonesia’ (Monesa). Media pembelajaran Pendidikan Pancasila berbasis permainan catur dan monopoli ini dirancang oleh mahasiswa Prodi PGSD FIPP UNY Meyla Dewi Azizah. Kehadiran Monesa menjadi upaya menarik perhatian siswa agar termotivasi, belajar dengan cara menyenangkan sehingga mendapatkan pengetahuan sekaligus kesenangan. (EDUWARA/Dok. UNY)
Setyono, Sekolah Kita22 Februari, 2024 22:51 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Berbasis permainan catur dan monopoli, mahasiswi Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi (FIPP) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Meyla Dewi Azizah, merancang media pembelajaran Pendidikan Pancasila. Media pembelajaran ini dinamakan ‘Monopoli Negaraku Indonesia’ atau Monesa.

Kehadiran Monesa menjadi upaya menarik perhatian siswa agar termotivasi. Hal ini karena sebagai media pembelajaran, Monesa sudah menyenangkan sehingga siswa akan mendapatkan pengetahuan sekaligus kesenangan. 

“Inovasi adanya monopoli ditujukan untuk mengasah kerja sama antar siswa. Melalui media monopoli ini diharapkan siswa mendapatkan haknya untuk belajar sambil bermain dengan suasana yang menyenangkan sehingga pelajaran tidak lagi menjadi beban siswa,” kata Meyla Dewi Azizah, Kamis (22/2/2024).

Penelitian dan pengembangan Monesa dilakukan di SD Negeri Kadiresa, Pajangan, Bantul, terhadap siswa kelas empat pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Ide membuat Monesa didapat saat Mela, sapaan akrab Meyla Dewi Azizah, melakukan observasi di SD Negeri Kadiresa Bantul. Di SD tersebut, Mela belum menemukan media pembelajaran yang beragam.

“Saya melihat anak-anak sedang berolahraga dengan cara bermain catur secara bergiliran. Dari situlah saya menemukan ide untuk membuat media pembelajaran yang berbasis permainan,” ujar alumni SMAN 3 Bantul tersebut.

Mela berpikir untuk membuat permainan monopoli dengan menggunakan meja catur. Kemudian setelah mencari referensi di internet akhirnya terciptalah media berbasis permainan ‘Monesa’ yang berisi kartu-kartu, pion, bintang dan papan. Media ini juga dapat diintegrasikan ke beberapa mata pelajaran.

Media pembelajaran Pendidikan Pancasila ‘Monopoli Negaraku Indonesia’ atau Monesa. (EDUWARA/Dok. UNY)

Praktis

Monesa terdiri dari papan permainan dengan lebar 50 cm x 50 cm, yang di dalamnya termuat 36 petak yang terdiri dari 24 petak rumah adat, 4 petak kartu belajar, 4 petak kartu langkah, 1 petak garis start, 1 petak taman bernyanyi, 1 petak taman menari, 1 petak bebas parkir. Kartu langkah merupakan langkah peserta untuk menjalankan pionnya.

“Kartu belajar merupakan kartu yang berisi pertanyaan untuk pemain yang pionnya menetap di petak kartu belajar, ia harus mengambil kartu belajar dan menjawab pertanyaan,” paparnya.

Kartu tantangan, berisi pertanyaan yang harus dijawab untuk mendapatkan kartu hak milik dan skor. Kartu hak milik, berisi jawaban dari kartu tantangan dan sebagai tanda jika petak tersebut sudah dimiliki. 

Pion merupakan benda kecil berbentuk orang-orangan yang menunjukan posisi pemain, dan bergerak sesuai angka dadu yang didapat oleh pemain. Bintang penghargaan adalah simbol skor yang diperoleh siswa. Kotak penghargaan merupakan balok yang bagian penutupnya diberi stiker. Juga terdapat tas penyimpanan Monesa dan buku panduan berisi panduan-panduan bermain Monesa.

Menurut mahasiswi asal Pajangan, Bantul, penelitian ini mendapatkan hasil yang memuaskan di mana para guru yang mencobanya mengatakan jika Monesa sebagai media pembelajaran, sangat praktis, bermanfaat, menarik perhatian dan sesuai dengan karakteristik siswa.

Sedangkan hasil bermain Monesa dari siswa menunjukkan bahwa permainan ini sangat baik dan layak, serta dapat melibatkan seluruh siswa secara bergantian dan memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk aktif berkomunikasi, interaksi, dan berkolaborasi dalam pembelajaran.

“Kita sebagai seorang calon guru harus bisa memenuhi kebutuhan setiap peserta didik, seperti halnya peserta didik yang suka bermain kita dapat menciptakan pembelajaran yang berbasis permainan menggunakan media ajar, peserta didik yang suka membaca bisa diberikan sumber bacaan, peserta didik yang suka dengan menonton bisa diputarkan video,” tutupnya.

Read Next