
Bagikan:

Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menjadi lokasi terpilih untuk menggelar program kebudayaan dalam rangka peringatan 70 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA), yang pertama kali diadakan di Bandung pada tahun 1955.
Dalam acara tersebut, dua film dokumenter karya akademisi ISI Yogyakarta mendapatkan kesempatan istimewa untuk diputar di hadapan sekitar 20 peserta dari luar negeri.
Pemutaran film dokumenter ini berlangsung di ruang audio visual Fakultas Seni Media Rekam (FSMR) ISI Yogyakarta pada Senin (3/11/2025) sore, dengan tajuk "KAA Bandung Usia 70; Penilaian dan Perspektif Membangun Dunia Baru".
Dekan FSMR ISI Yogyakarta, Edial Rusli, menjelaskan bahwa total ada empat film yang diputar. Tiga film berasal dari Indonesia dan satu film dari India.
"Ada empat film yang akan diputar nanti. Tiga dari Indonesia dan satu dari India. Menariknya, dua film karya akademisi ISI Yogyakarta mendapatkan kesempatan untuk ditayangkan," paparnya.
Dua film karya akademisi ISI Yogyakarta tersebut adalah, "Taring" karya Ann Marie Ramadhania Nalapraya dan "Sintren Saves The Village" karya Wahyu Nurul Iman.
Dua film lainnya adalah "The Tattered Robe Warrior and the Enchanted Storyteller" karya Fanny Chotimah (Indonesia) dan "Enlightenment in Motion: India's Rhythmic Tribute to the Bandung Vision" dari mahasiswa India, Seema Mehra Parihar.
Gerakan Internasional
Edial Rusli menambahkan pemutaran film ini menjadi media penting untuk memperkenalkan kepada peserta luar negeri, terutama mengenai perkembangan dan pembelajaran film di Indonesia. Ia berharap, dari semangat KAA 70 tahun lalu, ke depan, perkembangan perfilman dokumenter akan mengutamakan kebersamaan dan kerja sama global.
"Dunia film dokumenter adalah ruang yang mempertemukan seni dengan nilai-nilai sejarah. Dari kegiatan ini diharapkan mahasiswa dan dosen semakin memahami betapa karya audio visual bukan hanya sekadar ekspresi estetika tetapi juga bentuk pertanggungjawaban sejarah," ujarnya.
Pimpinan Delegasi sekaligus inisiator Peringatan 70 tahun KAA, Darwis Khudori, menjelaskan bahwa acara ini bertujuan untuk menciptakan gerakan internasional yang berasal dari kaum akademik dan aktivis yang bersemangat Bandung.
"Semangat yang lahir dari KAA Bandung, yang bila kita intisarikan ada lima: perdamaian, kemerdekaan, keadilan, solidaritas, dan emansipasi," tegas Darwis.
Rangkaian kegiatan peringatan KAA dari akademik dan aktivis ini berlangsung sejak 28 Oktober 2025 hingga 5 November 2025. Kegiatan akademik dimulai dari Bandung sampai Surabaya, sementara kegiatan kebudayaan yang dimulai pada 1 November 2025 berawal dari Blitar menuju Yogyakarta.
"Yogyakarta memiliki peran penting dalam perjalanan sejarah bangsa, khususnya dalam konteks solidaritas Asia-Afrika yang berakar pada nilai-nilai kemerdekaan dan perdamaian," ungkap Darwis, sembari menambahkan bahwa Yogyakarta merepresentasikan semangat persaudaraan antarbangsa.
"Kami merasa terhormat dapat hadir di sini dan merasakan langsung keramahan masyarakat Yogyakarta," pungkasnya.