logo

Art

Dukung Pelestarian Budaya, UNY Fasilitasi Dalang Cilik Kuliah

Dukung Pelestarian Budaya, UNY Fasilitasi Dalang Cilik Kuliah
UNY akan memfasilitasi peserta FDC 2023 dalam melanjutkan pendidikan ke universitas. Ini sebagai upaya pelestarian dan perkembangan budaya Jawa. (EDUWARA/Dok. UNY)
Setyono, Art15 Mei, 2023 21:45 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Sumaryanto meminta jajarannya membantu pelestarian dan perkembangan budaya Jawa, khususnya wayang, dengan memberikan fasilitas perkuliahan kepada para dalang cilik usai menamatkan sekolah.

"UNY sudah sepatutnya memperhatikan perkembangan studi para dalang cilik yang sekarang ikut festival karena UNY akan memfasilitasi talenta-talenta yang hebat ini untuk studi lanjut," jelas Rektor Sumaryanto, Senin (15/5/2023).

Mulai hari ini, gelaran Festival Dalang Cilik (FDC) 2023 yang digelar Fakultas Bahasa Seni dan Budaya (FBSB) dalam rangka Dies Natalis ke-59 UNY akan berlangsung sampai Jumat (19/5/2023). Tercatat 30 peserta dari Yogyakarta dan luar Yogyakarta ikut serta dalam ajang yang dipusatkan di Pendopo Tejokusumo FBSB UNY.

Sumaryanto menegaskan, para dalang yang ikut festival ini nantinya, saat melanjutkan kuliah di UNY, tidak harus kuliah di departemen Pendidikan Bahasa Jawa, namun bisa di departemen lain, misalnya di Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan.

Menurutnya, FDC yang merupakan acara tahunan ini merupakan bagian dari tanda cinta UNY yang diharapkan dapat memberikan teladan bagi semua dalam memelihara budaya luhur milik bangsa sekaligus melaksanakan arahan Ngarso Dalem Gubernur DIY yaitu Kraton, Kampus, Kantor, Kampung (4K).

Dekan FMIPA UNY Ariswan mengatakan kegiatan ini adalah bukti komitmen UNY dalam pengembangan ilmu dan budaya tradisi. 

"Kegiatan festival dalang cilik ini mengakrabkan UNY dengan masyarakat," katanya.

Mencintai Kebudayaan

Ketua Panitia Sukisno, mengatakan Festival Dalang Cilik ini diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari 15 peserta usia SMP dan 15 peserta usia SD.

"Tujuannya untuk mendidik anak untuk mencintai kebudayaannya sendiri, khususnya wayang kulit" papar Sukisno.

Selain itu, ia juga untuk menanamkan nilai-nilai edukasi pada generasi muda, sekaligus menguasai unsur-unsur dalam pewayangan agar anak semakin cerdas dalam meniti tataran kedewasaannya menuju manusia yang berjiwa mulia.

Juri festival ini adalah Suminto A Sayuti dari Fakultas Bahasa dan Seni UNY, Udreka dari ISI Yogyakarta serta Blasius Subono, alumni dosen ISI Surakarta.

Dalam festival ini ada enam kriteria yang dinilai yaitu pemilihan lakon, antawacana, cerita, sabetan, iringan dan penyajian. Antawacana adalah percakapan pada pentas wayang yang berupa dialog, atau bahasa isyarat lainnya.

Dari 30 peserta yang mengikuti festival ini Jawa Timur mengirim 4 peserta, Jawa Tengah 7 peserta dan DIY 19 peserta. Peserta termuda adalah R Bagaskara Manjer Kawuryan dari Sanggar Nguri Budaya yang masih duduk di kelas 2 SD.

Salah satu peserta, Danendra Imam Khadafie menampilkan lakon berjudul 'Wisanggeni Lahir'. Ia  berlatih di Sanggar Mastuti Budaya pimpinan Sukadi. Menurut anak kelahiran Jember 12 April 2016 tersebut, dia tertarik dengan dunia wayang sejak usia 4 tahun saat melihat pentas wayang Ki Seno lewat YouTube.

"Saya suka sabetannya Ki Seno, juga lakon yang dimainkan beliau," katanya. 

Read Next