logo

Art

Garap Seniman Kota Malang, Mahasiswa Ikom UMM Raih Juara II Festival Film Dokumenter Nasional

Garap Seniman Kota Malang, Mahasiswa Ikom UMM Raih Juara II Festival Film Dokumenter Nasional
Proses produksi film dokumenter yang dikerjakan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). (EDUWARA/Istimewa)
Setyono, Art26 Februari, 2022 02:47 WIB

Eduwara.com, MALANG — Tiga mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang tergabung dalam tim produksi film dokumenter meraih predikat juara dua pada ajang Festival Dokumenter yang digelar Universitas Budi Luhur Jakarta, Minggu (20/2/2022) lalu.

Muhammad Hudan Nur Ibad (sutradara), Farhan Rifqi Zain (Director of Photography) dan Ilham Aditiya (Editor) adalah tiga nama yang mencetak prestasi tersebut. Mereka membentuk kelompok yang diberi nama Alecta Pictures untuk menyelesaikan Tugas Akhir Karya sebagai syarat lulus Sarjana Ilmu Komunikasi UMM. Di bawah bimbingan dosen Nasrullah, ketiga mahasiswa ini berhasil lulus setelah karyanya diuji bulan lalu.

Karya ketiga mahasiswa tersebut berupa film dokumenter tentang perjalanan hidup dan idealisme seniman kota Malang, Kadir Sugiarto, yang juga alumni Ilmu Komunikasi UMM. Kadir memiliki nama panggung, Ugik Arbanat. Dengan judul "Gesekan Arbanat Ugik untuk Anak Indonesia", film ini menceritakan bagaimana Ugik menjawab keresahan masyarakat yang mulai meninggalkan lagu anak-anak.

Film tersebut mengisahkan bagaimana Ugik dengan idealismenya terus melatih anak-anak bermusik. Tanpa kenal Lelah, dia berkeliling dari sekolah ke sekolah, dari komunitas ke komunitas. Dia pun menciptakan lagu-lagu bernuansa kebangsaan yang sesuai dengan irama anak-anak. Lagu Indonesia, misalnya, menggambarkan bagaimana anak-anak Indonesia mencintai keindahan alam dan budaya Nusantara ini.

Farhan senang filmnya masuk kategori terbaik. Sejak masuk sepuluh besar, dia dan teman-temannya selalu mengabarkan kepada pembimbing jika filmnya ikut festival dan masuk nominasi. 

"Sebenarnya kami tidak menargetkan juara. Yang penting film kami dapat menginspirasi dan lebih mengenalkan seniman besar seperti Cak Ugik ini ke kancah nasional," kata Farhan, Jumat (25/2/2022).

Karya Monumental

Proses produksi film dokumenter ini mengalami berbagai hambatan. Beberapa kali pengambilan gambar dan editing harus diulang karena pembimbing meminta menyesuaikan dengan story line yang telah dibuat.

"Ruh film yang terletak pada idealisme Ugik harus ditonjolkan. Itu yang membuat kami kesulitan menerjemahkan saran pembimbing kami," kata Hudan.

Sebagai pembimbing, Nasrullah terus memotivasi anak didiknya untuk segera menyelesaikan karya yang disusun. "Saya kenal Ugik karena dia teman kuliah seangkatan. Dia itu iconic, khas, dan sangat idealis. Sayang kalau difilmkan sembarangan," ungkap Kepala Prodi Ilmu Komunikasi UMM ini.

Karena itulah, selain membimbing, dia merasa terlibat secara emosional untuk keberhasilan film ini. Berbagai upaya dilakukannya, termasuk melibatkan pembimbing dan penguji praktisi film Arfan Adhi Prasetyo.

"Ini karya monumental, jadi harus bagus. Mahasiswa harus menghayati proses kreatifnya secara sungguh-sungguh agar kelak ketika mereka bekerja pengalaman ini akan terus melekat dan membanggakan," tuturnya.

Tugas Akhir Karya memang menjadi salah satu alternatif pilihan mahasiswa Ilmu Komunikasi UMM selain Skripsi. Pembuatan Film Dokumenter menjadi pilihan bagi mahasiswa, yang terutama memilih peminatan Komunikasi Audio Visual. Meski demikian, peminat Jurnalistik maupun Public Relations juga bisa mengambil Tugas Akhir Karya ini.

Mahasiswa bisa memilih cara lulus sesuai dengan passion-nya. Selain Film Dokumenter, mahasiswa juga bisa membuat karya lain baik, yang bersifat project kreatif maupun berbasis client seperti manajemen media online, special event, creative business plan, termasuk juga artikel ilmiah yang tembus jurnal terakreditasi. 

Read Next