Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Selama empat bulan, dari Juli 2023 sampai September 2023, International Centre of Martial Arts for Youth Development and Engagement (ICM) yang berada di bawah naungan UNESCO melaksanakan program pelatihan pencak silat bagi 100 siswa se-Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bertajuk 'The 7th Martial Arts Open School', program ini melibatkan 100 siswa mulai tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pelatihan ini merupakan kolaborasi antara ICM, Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Perwakilan dari ICM, Kang Hyeok mengatakan program ini diluncurkan untuk memfasilitasi siswa belajar keterampilan dasar bela diri beserta nilai-nilai yang penting dalam kehidupan. Hal ini diharapkan akan membentuk para siswa menjadi generasi muda yang tidak hanya sehat secara fisik dan mental, tetapi juga tangguh dan memiliki resiliensi.
"Selain menjadi bagian dari warisan budaya, banyak nilai dan hal-hal baik yang bisa dipelajari dari olahraga bela diri. Kami sangat senang melihat anak-anak berlatih dengan baik. Harapannya mereka juga bisa menikmati pengalaman ini," ucap Kang Hyeok, pada Rabu (30/8/2023).
Selain di Indonesia, program serupa telah berjalan di 23 negara lainnya di seluruh dunia. Program disusun sebagai satu upaya membentuk generasi muda yang tangguh dan mampu menghadapi berbagai tantangan.
Pembentukan Kepribadian
Kang Hyeok menegaskan sangat penting mendidik anak muda agar dapat mempelajari nilai-nilai seperti disiplin, saling menghargai, dan lainnya.
"Awalnya program ini lebih banyak diselenggarakan di negara-negara Afrika. Tapi saat ini, kami mulai memperluas cakupan program sehingga menjangkau negara-negara di Asia Tenggara. Di setiap negara, fokus kami utamanya pada siswa sekolah menengah, karena mereka berada pada tahapan usia yang sangat penting untuk pembentukan kepribadian, dan generasi muda punya potensi yang sangat besar," terangnya.
Sebagian besar peserta yang mengikuti program ini memang belum memiliki pengalaman bela diri sebelumnya. Kang Hyeok berharap setelah mengikuti program ini para siswa bisa menerapkan nilai-nilai dan pelajaran berharga yang diperoleh ke dalam situasi sehari-hari.
"Ini adalah sebuah kolaborasi yang baik dengan UGM. Kami berharap bisa melanjutkan kerja sama ini di tahun-tahun selanjutnya," katanya.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, Wening Udasmoro, mengatakan UGM memberikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan Martial Arts Open School.
"Ini sejalan dengan komitmen UGM dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan nomor empat yakni menyediakan pendidikan berkualitas, tujuan nomor lima yaitu pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan semua perempuan, serta tujuan nomor 16 terkait perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh," katanya.
Wening mengutarakan selain diberikan materi terkait kekuatan fisik dan jurus pencak silat, peserta juga diberikan pemahaman antara laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan dalam olahraga bela diri.
"Mereka mempunyai tanggung jawab yang sama pada masyarakat, menjadikan pencak silat sebagai olahraga anti kekerasan," urainya.