logo

Kampus

Ini Kata Dosen UGM, Ketatnya Regulasi Menyulitkan Pemanfaatan Sinar X

Ini Kata Dosen UGM, Ketatnya Regulasi Menyulitkan Pemanfaatan Sinar X
Guru Besar Fakultas Matematika IPA Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Gede Bayu Suparta menegaskan ketatnya regulasi yang dikeluarkan pemerintah menyulitkan pemanfaatan sinar-X di masyarakat. (EDUWARA/Dok. UGM)
Setyono, Kampus21 Juni, 2022 21:45 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Guru Besar Fakultas Matematika IPA (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Gede Bayu Suparta menegaskan ketatnya regulasi yang dikeluarkan pemerintah menyulitkan pemanfaatan sinar-X di masyarakat.

"Padahal melalui ilmu Fisika Citra (physics of imaging), sinar-X yang sulit dipahami awam menjadi ilmu menarik karena sangat bermanfaat untuk menghasilkan alat diagnosa medis dan alat uji mutu produk-produk yang dikonsumsi masyarakat," ujar Bayu, Selasa (21/6/2022).

Meski bermanfaat, terjadi paradoks pemikiran di mana sinar-X yang sebenarnya bermanfaat dianggap sama dengan radiasi nuklir yang menyebabkan kemandulan, kanker, penyakit, hingga kematian. Ditambah lagi, pemerintah menerjemahkan ke dalam regulasi yang ketat sehingga sangat menyulitkan untuk pemanfaatan sinar-X di masyarakat. 

Menurut Bayu, paradoks ini perlu diperbaiki dan diluruskan agar masyarakat tidak takut lagi bila mendengar kata "sinar-X". 

"Saat ini, kualitas produk Indonesia diuji dan diperiksa menggunakan alat uji produk luar negeri yang canggih, mahal, perlu operator terlatih, dan Indonesia dianggap tak bisa membuat," katanya.

Menurut Bayu, pemerintah Indonesia harus mendorong terbentuknya SDM yang mampu membuat alat-alat uji yang kinerjanya cepat, sederhana, langsung, dan harganya sangat terjangkau agar kualitas produk dalam negerinya terjaga, sehat, aman, dan selamat.

Kemampuan Indonesia membuat alat-alat uji sendiri seperti radiografi digital (DR) dan tomografi komputer (CT scan) yang tak merusak sampel akan mendorong dihasilkannya produk-produk dalam negeri yang konsisten dan setara dengan kualitas produk negara maju.

"Berkat ilmu Fisika Citra, Departemen Fisika FMIPA UGM selama ini berhasil mengembangkan inovasi alat Radiografi Sinar-X Fluoresens Digital (RSFD) yang dikenalkan sebagai teknologi DDR Madeena dan siap diproduksi oleh PT Madeena Karya Indonesia," ucapnya.

Teknologi DDR Madeena ini bisa dikompetisikan dengan alat computed radiography (CR) yang menggunakan phosphor storage plate, dan direct radiography (DR) yang menggunakan flat detector

Tidak Disambut Ramah

Proses radiografi alat RSFD terjadi sangat cepat dan langsung, kualitas citra memadai sesuai spesifikasi tujuannya, dosis radiasi rendah, daya listrik rendah dan dapat diproduksi dengan biaya yang kompetitif.

Sayangnya, keunggulan teknologi DDR Madeena tidak disambut ramah oleh regulasi pemerintah yang ada sehingga proses hilirisasi dan komersialisasi tidak mudah. Padahal, alat DDR Madeena dapat menjadi alternatif skrining (screening) kesehatan secara cepat, masif, intensif, dan mandiri.

"Proses skrining adalah tahapan penting proses medical check-up yang dapat dijalankan oleh unit fasilitas kesehatan primer (puskesmas). Jika alat skrining menunjukkan indikasi perlunya pemeriksaan diagnostik yang lebih intensif maka pemeriksaan lanjut dapat dilakukan oleh rumah sakit dengan alat-alat yang lebih canggih," ungkapnya.

Ketersediaan alat skrining yang relatif murah, tersedia di banyak puskesmas dan rumah sakit tipe C/D, hingga merata di berbagai daerah, dan terkoneksi satu sama lain melalui sistem teleradiologi (telediagnostik) nasional akan memungkinkan seluruh rakyat memperoleh akses layanan pemeriksaan kesehatan yang merata dan adil.

Read Next