Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Sebanyak 119 insinyur lulusan Program Profesi Insinyur Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang baru diambil sumpah profesinya pada Sabtu (17/5/2025) diminta dalam berinovasi tetap menjunjung tinggi etika.
Berlangsung di Ballroom Student Dormitory UMY, pengambilan sumpah profesi ini dihadiri langsung Sekretaris Jenderal Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Teguh Haryono, yang pada kesempatan itu juga menyampaikan Kuliah Umum.
Mengawali kuliahnya, Teguh menegaskan insinyur memiliki peran sentral dalam mengakselerasi transformasi teknologi nasional, terutama dalam mendorong pembangunan berkelanjutan dan inovasi berbasis kebutuhan masyarakat.
“Kemampuan adaptif terhadap perkembangan teknologi serta kontribusi pada sektor infrastruktur dan industri menjadikan profesi insinyur sebagai salah satu elemen kunci dalam kemajuan bangsa,” ucap Teguh dilansir Senin (19/5/2025).
Teguh menekankan pentingnya inovasi teknologi tepat guna, khususnya untuk sektor pertanian dan kelautan yang menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat Indonesia.
“Transformasi insinyur adalah bentuk nyata pengabdian kepada negeri. Indonesia butuh insinyur yang mampu merancang mesin tani dan kapal nelayan yang inovatif, efisien, dan terjangkau,” ujarnya.
Motor Penggerak
Teguh menggambarkan insinyur sebagai ‘paruh lembing’ dalam pembangunan nasional, yang bertugas merancang infrastruktur vital dan menciptakan solusi teknologi di berbagai sektor strategis.
Dalam konteks Pembangunan Indonesia pada masa depan, menurut Teguh, insinyur harus diberi ruang lebih luas dalam pembangunan nasional. Pasalnya, mereka adalah motor penggerak dalam mewujudkan infrastruktur berkelanjutan, kemandirian industri, hingga mendukung ketahanan nasional.
“Tidak boleh hanya satu kelompok yang menentukan arah pembangunan negeri ini,” paparnya.
Teguh juga menggarisbawahi pentingnya profesionalisme dan integritas dalam menjalankan profesi insinyur, terutama di tengah berbagai tantangan teknologi, seperti minimnya pemanfaatan produk industri pertahanan dalam negeri.
“Insinyur bukan sekadar gelar, melainkan komitmen terhadap tanggung jawab profesi yang mengedepankan etika dan profesionalitas tinggi,” imbuhnya.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan UMY, Zuly Qodir, meminta para insinyur yang sudah diambil sumpah profesinya dapat mementingkan etika dan integritas dalam merancang dan merealisasikan pembangunan infrastruktur.
“Beberapa kejadian seperti jembatan ambruk di Kalimantan Timur atau bangunan miring seperti Menara Saidah di Jakarta menjadi pelajaran penting. Saya yakin, Anda semua bukan perancangnya. Tapi itu menjadi pengingat bahwa integritas dan etika harus menjadi nilai utama dalam setiap karya insinyur,” ujarnya.
Pengambilan sumpah ini menjadi tonggak awal bagi para insinyur baru UMY dalam menjalankan profesi mereka secara profesional dan berintegritas dalam membantu mempercepat pembangunan berkelanjutan di Indonesia.