Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, KLATEN – Warga Dukuh Sekaran, Desa Banaran, Delanggu, Klaten menyelenggarakan Pelepasliaran Burung, Minggu (20/11/2022). Kegiatan tahunan yang mengangkat tema Melestarikan Flora dan Fauna Demi Anak Cucu itu digelar di Halaman Sanggar Bocah Jawa.
Dalam acara itu, burung yang dilepasliarkan berjumlah sekitar 150an. Burung-burung tersebut merupakan hibah dari warga sekitar yang terdiri atas berbagai jenis, misalnya perkutut dan jalak kebo. Acara itu juga didukung oleh Pelestari Burung Indonesia (PBI), Asosiasi Penangkar Burung, serta masyarakat di luar Dukuh Sekaran.
Pemerhati Burung asal Klaten, Sigit Marwanta mengapresiasi kegiatan itu. Dalam sambutannya dia menuturkan, kegiatan itu bisa menjadi sarana agar masyarakat Dukuh Sekaran diberikan rezeki.
“Insya Allah, semoga masyarakat di sini mendapatkan rezeki yang berlimpah dan anak-anaknya menjadi orang hebat. Walaupun tahun kemarin ada pandemi Covid-19 namun tetap bisa berjalan. Semoga acara seperti ini bisa berlangsung setiap tahun,” tutur dia.
Sementara itu, Ketua Pelestari Burung Indonesia (PBI) Cabang Klaten, Supriyanto mengapresiasi terselenggaranya kegiatan tersebut.
“Pelestari Burung Indonesia memberikan apresiasi yang sangat besar kepada Dukuh Sekaran, Banaran, Delanggu. Insya Allah ke depan kami akan berkontribusi aktif dalam pelestarian dan pelepasliaran burung ini,” terang dia.
Tumbuhkan Rasa Cinta Alam
Perwakilan panita, Parwanto mengatakan acara Pelepasliaran Burung sudah menginjak tahun keempat.
“Ini tahun yang keempat. Kendati hanya lingkup Rukun Tetangga (RT) yang hanya sekitar 50an KK, namun para warga berperan aktif dan antusias,” kata Parwanto ketika diwawancarai Eduwara.com, Minggu (20/11/2022) selepas acara.
Dia berharap, pelibatan masyarakat bahkan generasi muda dalam acara itu bisa terus menumbuhkan rasa cinta kepada alam sekitar agar menjadi keberkahan bagi masyarakat.
“Semua binatang juga berdoa kepada Tuhan. Ketika mereka dilepasliarkan, insya Allah bisa memberikan berkah sehingga bisa menyejahterakan seluruh masyarakat di sini,” harap dia.
Paryanto menambahkan, acara itu dimeriahkan dengan penampilan anak-anak Sanggar Bocah Jawa. Dalam kesempatan itu, mereka membawakan drama yang bercerita mengenai keikhlasan dalam menjaga burung agar ekosistem tetap berlangsung.
Selain itu, terdapat juga edukasi kepada masyarakat terkait penanganan ular oleh Komunitas Exalos Indonesia. Menurut Paryanto, edukasi diberikan mengingat kondisi lingkungan Dukuh Sekaran yang terdapat sawah dan rumpun bambu yang mana bisa jadi menjadi habitat ular.
“Ular berbisa memang berbahaya, sedangkan yang tidak mungkin membantu petani karena memakan tikus. Edukasi tersebut bertujuan untuk memberi penjelasan kepada masyarakat bagaimana sikap jika bertemu ular, cara penanganan jika digigit ular berbisa, bahkan penanganan ular yang masuk ke dalam rumah tanpa membunuhnya dan dikembalikan ke habitatnya,” jelas dia. (K. Setia Widodo)