logo

Gagasan

Kaum Intelektual Dinilai Masih Asyik Dengan Dunianya Sendiri

22 Agustus, 2023 21:53 WIB
Kaum Intelektual Dinilai Masih Asyik Dengan Dunianya Sendiri
Presiden kelima Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri dan Capres dari PDIP Ganjar Pranowo, Selasa (22/8/2023) mengkritik para kaum intelektual intelektual yang asyik di dunianya sendiri dan minim kontribusi dalam pembangunan bangsa. (EDUWARA/K. Setyono)

Eduwara.com, JOGJA – Para kaum intelektual dinilai oleh elit politik masih asyik dengan dunianya sendiri dan minim kontribusi dalam menyelesaikan persoalan dasar bangsa. Karenanya, ke depan peran kaum intelektual akan semakin diperbesar porsinya demi kemajuan Indonesia.

Kritik terhadap para kaum intelektual ini disampaikan Presiden kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri dan Calon Presiden dari PDIP Ganjar Pranowo pada acara Temu Kangen Kebangsaan yang diselenggarakan Komunitas Intelektual Pilih Ganjar (PiJar), Selasa (22/8/2023).

Dalam paparannya, Megawati Soekarnoputri melihat sekarang ini kaum intelektual dan akademisi seperti sepi ing gawe.

"Dengan segala hormat, kaum intelektual bangsa ini tidak berani bicara dalam keilmuan masing-masing. Ini yang membuat saya heran," ungkapnya.

Padahal, menurut Megawati, pendidikan adalah penting karena berperan penting dalam membangun kepribadian bangsa yang berbudaya, yang menjadi soko guru mental bangsa. Menurut Megawati, moral dan mental bangsa saat ini menurun.

Meski demikian, bangsa ini tetap berterima kasih kepada para intelektual yang telah menyumbangkan daya pikirnya untuk menghasilkan inovasi dan temuan-temuan hebat yang turut berjasa dalam proses pembangunan bangsa.

"Di depan para akademisi intelektual, saya ucapkan banyak terima kasih," katanya.

Megawati menambahkan sebagai Dewan Pengarah Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), tantangan ke depan yang harus dipenuhi oleh 10 ribu ilmuwan adalah menghasilkan inovasi yang mampu menyelesaikan persoalan pokok bangsa.

PR Indonesia

Capres Ganjar Pranowo menyebut saat ini pekerjaan rumah besar yang akan dihadapi Indonesia ke depan adalah pertumbuhan kawasan Asia Tenggara yang nantinya ditandai dengan pertumbuhan demografi besar.

"Ini bakal membutuhkan ruang dan lahan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan ini akan menjadi area perebutan. Sementara saat ini, detik ini, bangsa kita masih terus mengatasi masalah terkait bahan pokok. Korupsi belum terselesaikan dan penurunan moral bagi generasi muda kita," kata Ganjar.

Karena itu, Ganjar mengajak akademisi di PiJar untuk berkomitmen bersama menyelesaikan permasalahan paling dasar bangsa ini. Ia menyebut mimpinya, mengajak berbagai perguruan tinggi hebat Indonesia membereskan satu-satu persatu persoalan pada waktu yang tidak lama.

"Kita perlu ilmu ekonomi baru apa yang harus diterapkan untuk menekan kemandirian pangan. Di bidang pertanian, bagaimana para akademisi membantu terwujudnya kemandirian pangan dan kebutuhan pokok," ucapnya.

Tidak hanya itu, Ganjar bermimpi ke depan Indonesia mampu menjadi tempat tumbuhnya benih-benih pangan terbaik dunia. Dengan penyelesaian masalah di tingkat hulu dan hilir, Ganjar menegaskan pemenuhan kebutuhan pokok bangsa tidak perlu dilemparkan ke negara lain.

Kemudian di bidang korupsi, akademisi akan dilibatkan tentang pembangunan SDM yang nantinya mengisi lembaga-lembaga negara dengan cara menyusun kurikulum tentang integritas sejak santuan pendidikan PAUD hingga kampus.

"Komitmen bersama membangun bangsa dan negara tanpa membedakan apapun itulah yang kita butuhkan saat ini. Saya hanya mengingatkan kembali semangat kemerdekaan yang kita rayakan kemarin," tegas Ganjar.

Read Next